Ada Kisah dari 98'

Awal Try Surya
Chapter #12

Pelenyapan dan Pelarian

2019.

Sang waktu meloncat kembali ke dua puluh tahun kemudian, masih di malam terjadinya demo mahasiswa Tahun 2019. Ansal tua masih duduk termenung di bangku jalan memikirkan Sarah yang menghilang. Ia masih memperhatikan dengan matanya yang kosong, seorang Ibu yang sedang hamil tua mulai berjalan menjauh darinya.

Ansal lalu melihat ke arah langit. Kekosongan di matanya kali ini lambat laun digantikan oleh suatu harapan yang sedang ia coba gantungkan ke langit. Hatinya membisikkannya sesuatu, pada jiwa dan raganya, bahwa ia tidak boleh menyerah sampai situ saja untuk mencari Sarah.

Dalam batinnya ikut berkata,

Bagaimana kalau Sarah benar-benar sedang membutuhkan bantuan darinya?

Bagaimana kalau Sarah sangat membutuhkannya sekarang juga?

Terlintas hal yang lebih tajam dalam benak Ansar, “Bagaimana kalau Sarah sedang sekarat?

Diri Ansal spontan langsung bangun dari posisi duduknya. Tidak boleh ada satu detik pun yang ia sia-siakan untuk mencari keberadaan Sarah sebelum semuanya terlambat. Ansal menguras otaknya untuk mencari akal bagaimana caranya ia menemukan Sarah.

Petunjuk pun datang dengan cepat, masuk sekelibat ke dalam pikiran Ansal. Ansal tiba-tiba mengingat-ingat lagi terakhir kali ia melihat Sarah di tayangan berita televisi. Suatu jembatan seperti jembatan layang berada tepat di belakang Sarah, saat Sarah sedang berdiri di barisan terdepan mahasiswa memegang banner.

Ansal mengetahui letak jembatan layang tersebut. Jembatan layang tersebut berada di dalam zona merah. Ansal memberanikan dirinya untuk berjalan menuju jembatan layang itu di dalam zona merah perseteruan antara aparat dan para demonstran mahasiswa demi mencari putri kesayangannya.

Baru saja ia memasuki zona merah, Ansal langsung melihat seorang mahasiswa lelaki yang terpisah dari gerombolannya, lari seorang diri dari kejaran tiga orang aparat yang membawa pentungan hitam panjang mirip tongkat pemukul baseball lengkap dengan perisai besar mereka.

Mahasiswa itu lari luntang-lantung tidak seimbang, sepertinya pukulan aparat telah mengenai dirinya sekali. Ia terus lari terbirit hingga akhirnya terjatuh. Para oknum aparat langsung memukulinya lagi dengan beribu hantaman tinju, pentungan tongkat, maupun tendangan lainnya. Yang hanya bisa dilakukan mahasiswa itu adalah meringkuk menutupi bagian paling penting tubuhnya, yakni kepalanya dengan kedua tangan kurusnya.

Setelah mahasiswa itu hampir kehilangan kesadaran, barulah oknum para aparat itu menghentikan tindakan semena-mena mereka. Sekelujur darah keluar dari hidung dan mulut mahasiswa itu dengan keadaan mukanya yang telah bengap juga.

Ketiga oknum aparat lalu memaksa bangun mahasiswa yang tidak berdaya itu. Mau tidak mau mahasiswa itu harus bangun dengan sisa-sisa tenaganya. Ketiga oknum aparat kemudian menyeret mahasiswa itu ke suatu tempat yang tidak bisa lagi terjangkau oleh penglihatan Ansal. Setelah dirasa aman, Ansal melanjutkan jalannya menuju jembatan layang tempat ia terakhir kali melihat Sarah melalui televisi.

Sementara itu Ayu, Michelle, dan Selly sudah sampai di suatu area parkir yang sangat dekat dengan zona merah demo 2019. Selly memarkir mobil dan turun dari mobilnya disusul Ayu dan Michelle. Mereka bertiga berjalan ke arah zona merah.

Selly menyuruh Ayu, “Coba lu hubungi Ayah Sarah lagi Yu!”

“Iya-iya ini udah gue chat juga dari tadi tapi belom di jawab-jawab!” ucap Ayu lalu mencoba menelepon Ansal lagi untuk memberitahu bahwa mereka bertiga juga menyusulnya dan akan membantu mencari Sarah. Namun, tidak ada jawaban dari Ansal.

“Gue udah coba chat, telepon, dan sebar ke semua sosmed, semua orang yang gue kenal yang ikut demo juga. Tapi nggak ada satu pun dari mereka yang lihat Sarah!” jelas Michelle yang terus gelisah memikirkan Sarah.

“Yauda kita lanjut jalan aja ke area sekitaran demo sore tadi!” perintah Ayu pada Selly dan Michelle. Mereka bertiga lanjut berjalan.

Setibanya mereka di sekitaran area yang sudah lumayan aman dan mereda tensinya dekat dengan zona merah demo 2019, ketiga teman Sarah tersebut berkeliling sembari membawa handphone mereka masing-masing dan menyodorkan foto Sarah yang memakai almamater kuningnya kepada siapa saja yang mereka temui, baik itu pejalan kaki maupun mahasiswa demonstran lainnya.

Selama hampir setengah jam, tidak ada satu orang pun yang melihat keberadaan Sarah. Hingga mereka bertemu dengan seorang mahasiswa lelaki yang sempat bertemu juga dengan Ansal sebelumnya.

Mahasiswa lelaki yang kuat ingatannya itu menjawab ketika di sodorkan foto Sarah padanya dari handphone Ayu, “Mmm saya nggak pernah lihat mahasiswi ini,”- Ayu, Selly, dan Michelle sedih mendengar jawaban tersebut, mahasiswa lelaki itu melanjutkan-“cuma tadi ada seorang bapak-bapak yang juga nyariin mahasiswi ini.”

Ekspresi Ayu, Selly, dan Michelle berganti menjadi senang.

“Oiya? Bapak tadi adalah ayah dari foto mahasiswi ini yang adalah teman kita,” jelas Ayu.

“Kalau boleh tahu tadi bapak yang sebelumnya ketemu itu ke mana ya?” tanya lagi Selly.

“Bapak tadi sepertinya akan jalan ke arah zona merah, tapi sebaiknya kalian jangan pergi ke zona merah, karena situasi di sana tensinya meningkat lagi,” ucap mahasiswa lelaki tersebut.

Kemudian dari belakang terdapat mahasiswa lelaki lainnya yang tiba-tiba menimbrung penasaran dengan apa yang sedang diobrolkan Ayu, Selly, dan Michelle dengan temannya itu.

Dari arah jalan raya yang sepi terlintas sebuah mobil sedan berplat merah yang sedang membawa sesosok Anggota DPR yang sebelumnya terbang dari Sulawesi ke Jakarta. Anggota DPR itu tak sengaja melihat ke samping trotoar jalanan ketika mobilnya berbelok pelan. Ia melihat ekspresi Ayu, Selly, dan Michelle syok hebat setelah mendengar penjelasan dari mahasiswa lelaki yang sedang memegang handphone Ayu setelah ia melihat foto Sarah.

Sosok Anggota DPR itu pun bertanya-tanya dalam benaknya setelah tidak sengaja melihat situasi dari ketiga teman Sarah tadi yang memunculkan rasa penasarannya. Ia hanya melihat sekilas saja dan tidak mendengar kalimat apapun karena mobilnya yang terus bergerak dengan kaca yang tertutup juga.

Sosok Anggota DPR itu lalu berkata kepada supir, “Sudah dekat ya?”

“Siap sudah dekat Pak!” jawab Pak Supir.

Lihat selengkapnya