Masih di malam nahas kejadian kerusuhan 13 Mei Tahun 1998. Ucok menyetir mobilnya dengan cepat keluar di jalan besar ditemani Dafid yang duduk di sampingnya dan Arida serta Aqsal berada di bak bagian belakang.
Awalnya jalan besar tersebut lumayan sepi sehingga Ucok pun menancap gas mobilnya full. Namun, ketika sampai di pertengahan jalan, Ucok melihat jalanan di depannya ramai dan penuh dengan kekacauan kerusuhan.
Ucok harus memelankan laju mobilnya. Beberapa kali ia terpaksa menginjak rem secara mendadak karena banyak orang yang tiba-tiba muncul berlalu lalang di depan mobilnya menenteng barang jarahan mereka masing-masing, apalagi malam tersebut sangat gelap dan lampu sorot mobilnya tidak cukup kuat menerangi jalan di depan.
Sampai suatu ketika terdapat seorang lelaki berpakaian kutang berwajah bengis sembari menenteng radio rampasannya menyebrang seenaknya saja dan sengaja memposisikan badannya tepat di depan moncong mobil pick-up Ucok. Lelaki itu terserempet moncong depan mobil Ucok. Ucok lagi-lagi mengerem spontan, mobilnya berhenti.
Arida yang berada di bak belakang mobil tak kuasa lagi menahan rasa sakitnya akibat hentakan rem-an mobil Ucok yang bertubi-tubi. Ia terus meremas kuat-kuat lengan Aqsal yang juga mulai membiru. Akibat cengkeraman Arida tersebut, tangan Aqsal pun mulai putih pucat kehilangan aliran darah. Aqsal tetap berusaha kuat demi Kakaknya. Jikalau bukan karena Aqsal yang menemani Arida, mungkin saja Arida sudah kehilangan kesadarannya.
Tidak seperti orang-orang lain sebelumnya yang hanya tak peduli dan tidak menanggapi mobil Ucok yang hampir menabrak mereka, kali ini lelaki tadi mengambil hati karena mobil Ucok telah menyerempet dirinya.
Lelaki berkutang menengok menatap Ucok dengan tatapan tajam. Ucok dan dafid hanya bisa menaikan kedua tangannya memberikan gestur meminta maaf melalui kaca depan dari dalam mobil pada Lelaki tersebut. Lelaki itu berjalan ke arah pintu supir di samping Ucok dan terus memandangi Ucok penuh dendam walaupun mereka baru bertemu saat itu juga.
“Maaf Pak!” ucap Ucok.
Lelaki tersebut masih memasang muka sangarnya dan kemudian memberikan gestur untuk mempersilakan mobil Ucok jalan kembali diikuti senyum anehnya. Mobil Ucok mulai berjalan perlahan lagi tetapi sayangnya jalanan di depannya sudah sangat ramai oleh kerumunan orang yang berlalu lalang dan berlarian, menyebrang dari toko samping kanan jalan ke samping kiri jalan dan sebaliknya, sibuk dengan harta curian mereka masing-masing.
Roda ban mobil Ucok berputar seinci demi seinci di atas aspal jalanan sambil sesekali Ucok membunyikan klakson mobilnya sehalus mungkin agar tidak menimbulkan kericuhan yang tidak mereka inginkan.
Lelaki pencuri radio yang masih memperhatikan mobil Ucok merasa tersinggung kembali dengan klaksonan Ucok tersebut. Lelaki itu berjalan beriringan dengan mobil Ucok yang berjalan pelan tersendat sendat. Sekarang ia berjalan tepat di bagian samping kiri mobil Ucok dengan masih menenteng radionya dan melototi Dafid.
Dafid hanya bisa tertunduk berusaha tidak mencari gara-gara apa pun serta tidak membuat kontak mata satu kali pun dengan lelaki itu, mengingat terdapat Arida dan Aqsal di belakang yang masih bersembunyi di balik terpal.
Akan tetapi insting dari lelaki si pencuri radio yang lumayan kuat membuatnya mencurigai ada apa di balik terpal bagian belakang mobil Ucok. Lelaki itu tidak puas hanya dengan rampasan radio yang ia miliki sekarang. Keserakahan membuatnya ingin merampas juga sesuatu di balik terpal belakang mobil Ucok yang ia kira-kira adalah barang yang lumayan berharga.
Mobil Ucok masih berjalan cukup pelan, lelaki tersebut mengkodekan pada beberapa temannya yang ada di sekitarnya untuk mengambil posisi mereka masing-masing mengelilingi bagian belakang mobil pick-up Ucok. Arida dan Aqsal melihat dari balik lubang terpal beberapa sosok orang mulai mengerumuni bagian samping kiri dan kanan mobil Ucok.
Semakin lama laju mobil Ucok semakin menaik karena jalanan di depannya mulai senggang. Ucok dan Dafid juga sudah melihat melalui spion mobil, orang-orang tersebut mulai bersiap untuk membuka terpal di belakang. Ucok menunggu momen yang tepat untuk kabur dari orang-orang itu dan langsung menancap gas mobilnya ketika jalanan di depannya sudah kosong. Tapi jalanan di depannya tidak kunjung melegang, orang-orang masih sedikit padat berlalu lalang.
Arida dan Aqsal sudah ketakutan setengah mati di bagian belakang melihat kondisi di bagian luar sudah sangat amat menegangkan. Dalam rentang waktu yang amat singkat, Aqsal melihat dari lubang kecil di terpal, seorang perempuan dengan sosok sangat mirip dengan Meita, teman sekelasnya, sedang berdiri kebingungan di tengah jalan tepat di belakang lajur mobil Ucok yang masih berjalan lumayan pelan.
Kemudian seorang lelaki dewasa lainnya menarik tangan Meita dengan amat kasar hingga Meita terselungkup jatuh. Meita meronta-ronta melawan tetapi tenaganya kalah dengan lelaki dewasa yang menariknya. Meita terpaksa menggigit tangan lelaki itu dan lari mendekat ke arah belakang mobil Ucok yang masih sedang berjalan.
Entah dorongan darimana, Aqsal yang tidak menyangka melihat Meita teman sekelasnya langsung melepas cengkeraman kuat tangan Arida dan merangkak ke ujung belakang bagian bak mobil Ucok.
Secara spontan seluruh anggota tubuh Aqsal tergerak untuk menolong Meita, Aqsal membuka sebagian kecil terpal yang menutupi dirinya dan mengeluarkan kepalanya lalu teriak memanggil Meita, “MEIIIIIIITAAAAAAAAAA!!!!!!!!!”.
Kedua tangan Aqsal berpegang pada ujung belakang mobil Ucok. Lalu Aqsal melapas salah satu tangannya untuk menjulurkannya sepanjang mungkin demi menolong Meita yang tidak jauh berada di belakang mobil Ucok sedang berlari.
Semua orang di samping kiri kanan mobil Ucok menengok ke arah Aqsal, kaget tidak menerka terdapat seorang Anak remaja etnis Cina di belakang mobil tersebut.
“ACANG?!” ucap Meita juga tercengang melihat Aqsal berada tepat di depannya, menjulurkan tangan. Meita berusaha sekuat tenaga berlari sekencang mungkin meraih tangan Aqsal. Kedua lengan mereka berpegangan. Arida hanya bisa menyaksikan kejadian itu dan tidak bisa berbuat apa-apa. Persembunyian mereka telah diketahui orang-orang di kiri-kanan samping mobil Ucok.
Jalanan di depan mobil Ucok yang sudah legah membuat Ucok menggas penuh mobilnya karena ia juga melihat semua orang di belakang mulai mencoba membuka terpal belakang mobilnya.
Seketika mobil pick-up Ucok terhentak kuat dan langsung melaju kencang, membuat Aqsal yang sedang menarik Meita ikut terjatuh ke arah belakang, keluar dari mobil pick-up Ucok bersama dengan Meita. Ucok dan Dafid tidak menyadarinya. Mobil Ucok terus melaju kencang meninggalkan Aqsal yang sudah terjatuh di tanah. Arida berusaha memberitahu Ucok dan Dafid dengan menggedor-gedor bagian depan mobil tetapi hal itu tidak membuahkan hasil.