Seberapa sering kita merasa iri dengan apa yang dimiliki orang lain? Kita melihat rumput tetangga selalu saja lebih hijau. Padahal, bisa jadi itu hanya rumput sintetis. Atau mungkin karena pantulan matahari. Bisa saja, kan?
Kadang kita merasa bahwa hidup orang lain terlihat enak, bahagia, dan nyaman. “Mereka enak, ya ....” “Dia enak, ya ....” “Si anu beruntung, ya ....” “Kamu, kok, hidupnya ayem-ayem saja, sih? Sementara aku dirundung banyak masalah. Apa rahasianya?” Mungkin kita sering berpikir seperti itu. Kadang sudah terucap, sebagian masih terpendam dalam hati.
Saya rasa pikiran seperti itu wajar-wajar saja terlintas. Tidak masalah. Asalkan jangan berlebihan hingga menganggap Allah pilih kasih, tidak adil, dan tidak sayang sama kita. Ingat, Allah itu Mahaadil. Jika kita mau cermat, sebenarnya tidak semua yang terjadi seperti apa yang kita lihat. Orang yang kelihatannya bahagia dan nyaman hidupnya sebenarnya juga punya masalah, yang bisa jadi lebih besar dari apa yang kita alami. Namun, mereka sanggup mengatasinya atau bisa menyembunyikannya sehingga saat kita melihatnya seakan tidak terjadi apa-apa.
Kata kuncinya, tidak semua yang terlihat itu seperti apa yang terlihat. Bisa jadi ada maksud tersembunyi, ada alasan, ada sebabnya sehingga sesuatu itu bisa terjadi. Apakah orangtua yang memarahi anaknya yang bandel itu karena membencinya? Tentu tidak. Justru sebaliknya. Bagi si anak, ia menganggap orangtuanya tidak sayang sama dirinya sehingga ia dimarahi. Sama halnya ketika kita ditimpa berbagai macam kesulitan. Apakah itu karena Allah membenci kita? Belum tentu.
Tidak semua yang terlihat itu seperti apa yang terlihat. Kalau seorang shinobi1 dituntut untuk bisa melihat rahasia di balik rahasia, kita juga harus bisa, setidaknya dengan melihat sesuatu yang tersirat. Bedanya, bagi shinobi, ia harus bisa mengungkap itu sendiri, dengan terus mengasah kecerdasan otaknya dalam setiap menjalankan tugas penyusupan yang diberikan. Sementara kita sudah mendapat petunjuk, yang telah membeberkan informasi itu sejak 14 abad yang lalu, secara akurat. Informasi itu telah tercantum dalam Al-Quran.
1 ninja
Allah memberikan kesulitan dan kenikmatan itu sebagai ujian yang harus kita coba lewati. Jika untuk urusan dunia kita baik-baik saja saat mengikuti tes sebagai persyaratan masuk perguruan tinggi dan mendapatkan pekerjaan, kenapa dengan ujian dari Allah yang ganjarannya surga, kita banyak protes? Mari, berpikir ulang.
Hal itu juga berlaku bagi kita yang telah bersedia menerima ujian dari Allah, namun tidak cukup sabar dalam menghadapinya. Mungkin ada di antara kita yang merasa sudah menjalankan perintah Allah, tetapi tetap saja mendapat masalah yang bertubi-tubi. Kita sudah shalat, sedekah, puasa, dan berbuat baik, apa lagi yang kurang? Kenapa masih saja diterpa berbagai macam kesulitan?