Bagi mahasiswa baru (maba), bertanya banyak hal kepada senior merupakan sebuah kewajaran. Senior yang sudah lebih dulu merasakan suasana kampus, apalagi yang satu jurusan, dianggap lebih paham akan banyak hal. Dan salah satu hal yang sering ditanyakan adalah mengenai mata kuliah yang harus diambil.
Lebih jauh lagi, maba akan bertanya siapa dosennya, bagaimana mengajarnya, kepribadiannya, kebiasaannya, hingga soal kedermawanannya dalam memberi nilai.Jawaban yang diterima pun beragam, ada yang menjunjung, sisanya menjatuhkan. Sering kali senior menegaskan, jika bertemu dengan dosen A, jangan harap dapat nilai bagus. Dosen itu killer, pelit nilai, pelajarannya susah, dan segudang pernyataan negatif lainnya. Parahnya, informasi ini tidak hanya diucapkan oleh seorang senior, namun yang lainnya ikut mengamini.
Kira-kira, apa yang terjadi kepada maba tersebut setelah mendengar curhatan seniornya itu? Ketika si maba sering mendapat sugesti negatif, mindset-nya akan terbentuk. Ia sudah telanjur percaya dan menelan mentah-mentah informasi tersebut. Dalam benaknya, sang senior benar. Anggapannya itu akhirnya berdampak pada perilakunya sehingga ketika sampai masanya maba ini diajar dosen yang bersangkutan, ia telah memosisikan dan mempersiapkan diri untuk mendapatkan nilai yang jelek. Dalam benaknya ia berpikir, apa pun yang dilakukan nilainya tetap saja jelek. Perilakunya mengikuti pikirannya. Maba tersebut jadi tidak serius dalam kuliah. Alhasil, nilainya sesuai dengan sugesti yang diberikan kepadanya.
Inilah yang membuat sesuatu menjadi semakin sulit. Halhal yang sebenarnya mudah atau sanggup kita kerjakan, tibatiba berubah menjadi mustahil ketika kita secara intens mendapatkan sugesti negatif terkait hal tersebut. Dalam kasus lain pun sama. Karena itu, kita harus bijak menyikapi setiap informasi yang kita terima. Bukankah Islam mengajarkan untuk mengecek kebenaran suatu berita terlebih dahulu sebelum meresponsnya?
Agar sesuatu tidak menjadi sulit, lebih baik kita membuang jauh-jauh setiap sugesti negatif yang kita terima. Kita harus bisa memilah mana input yang baik bagi kita dan mana yang tidak. Pendapat orang yang justru membuat kita down, lemas, dan menyerah, lebih baik kita abaikan. Dengarkan sebagai nasihat dan bahan pertimbangan, namun tidak untuk dipikirkan dan dijadikan dasar dalam bertindak.