Sebenarnya Al bisa saja tidak hadir dalam acara malam ini. Dia lelah dan ingin punya waktu untuk diri sendiri. Seminggu penuh sudah dia jalani dengan berbagai drama yang hampir membuatnya menenggak aspirin. Namun, tiba-tiba saja Kayla merengek agar Al juga ikut serta.
Al masih ingat suara cempreng Kayla saat meneleponnya tadi pagi. Alasan Kayla cukup klise, yaitu minta ditemani karena terlalu gugup menghadiri sebuah acara pesta pernikahan yang terbilang cukup mewah ini.
Al yang pada dasarnya mudah luluh, langsung mengiyakan permintaan Kayla. Ditambah lagi, ada Dista yang menjadi tenaga tambahan membantu Kayla untuk acara malam ini. Al hadir memakai kemeja putih dengan jas dan celana bahan hitam yang pas untuk kaki jenjangnya. Pantofel hitam pun tidak luput menjadi pelengkap. Tidak, kali ini Al tidak mau terlalu formal. Makanya pria itu tidak memakai dasi, dan malah membiarkan satu kancing kemejanya terbuka.
Al sempat mengerutkan dahi ketika mendengar protes dari Kayla tentang penampilannya malam ini. Biar saja, toh, Dista malah lebih casual menurutnya.
Seperti yang sudah dia duga, pesta pernikahan ini berjalan lancar, bahkan nyaris sempurna. Al juga bangga pada Kayla, karena wanita itu sama sekali tidak terlihat gugup ketika mengarahkan lensanya pada ballroom hotel malam ini.
"Permisi, ada barang Pak Azka yang ketinggalan di meja FO." Seorang waiter dengan sopan berbisik pada Al. Tanpa menunggu lama, Al langsung mengangguk dan pamit undur diri pada beberapa tamu undangan yang sejak tadi berbincang dengannya.
Ternyata di depan meja FO ada Kayla dan Dista. Seperti biasa, dua sahabatnya itu selalu mirip Tom and Jerry. Al terbahak saat melihat wajah jengkel Kayla. Hiburan manis. Kayla dan Dista yang masih beradu argumen kompak meoleh padanya.
"Hmm … berani banget ngetawain orang yang lagi terdzholimi!?"
Sudah Al duga, dirinya pun menjadi korban kejengkelan Kayla. Pria itu lantas melirik Dista yang hanya mengangkat bahu. Baru akan mengobrol lebih lama dengan kedua temannya, Al melihat Chef Hadi memberi isyarat agar Dista kembali ke ballroom.
"Sana, dipanggil Chef Hadi. Nanti kalau kelamaan, darah tingginya langsung naik!" canda Al.
Dista dan Kay terkekeh kecil. Setelah Dista hilang di belokan, Al baru ingat tujuannya datang ke meja FO.
"Ada yang harus aku cari." Al melesat ke balik meja setinggi dada dan menghilang.
Saat sedang sibuk mencari barangnya yang tertinggal, sayup-sayup Al mendengar suara wanita yang sangat feminin, ditambah suara cempreng Kayla yang bersemangat, juga Dista yang entah sejak kapan kembali lagi menghampiri Kay, tapi sepertinya pria itu tidak lama, karena kemudian suaranya menghilang. Dengan rasa penasaran yang tinggi, Al keluar dari balik meja FO, kebetulan barangnya pun sudah ketemu.
"Siapa, Kay?" tanya Al, belum terlalu fokus melihat ke arah Kayla dan 'seseorang' itu, karena masih sibuk memasukkan sebuah jam yang baru ditemukannya. Ketika mendongak, barulah dia terkejut.
Seorang wanita anggun terbalut gaun putih dan jilbab, serta riasan yang tidak terlalu over, semakin membuatnya terlihat menakjubkan di mata Al. Senang bertemu teman lama, Al tersenyum semringah.
"Apa kabar, Rin?" Al menjulurkan tangannya ke depan Airin. Dari gelagat wanita itu, Al bisa tahu, kalau Airin agak canggung.
"Alhamdulillah, baik, Azka." Al menghela napas lega melihat uluran tangannya disambut baik oleh Airin. Al kira selain canggung karena sudah lama tidak bertemu, Airin akan menolaknya dengan alasan bukan mahram.
"Panggil Al aja, kayak dulu waktu SMA." Al berusaha membuat Airin nyaman. Dia tidak terbiasa kalau dipanggil Azka oleh teman sekolahnya, apalagi mereka dulu pernah akrab. Melihat Airin mengangguk, Al kembali mengumbar senyumnya.