Laura berdiri di depan jendela menatap keluar sambil mengapit satu batang rokok yang baru saja ia nyalakan, entah itu sudah yang ke berapa, kepulan asap hampir memenuhi ruangan. Wanita berambut ikal itu sedang menunggu seseorang datang. Raut wajahnya tampak gelisah.
Ketika melihat mobil berwarna putih yang dikenalnya datang, Laura langsung meremas nyala puntungnya pada tepi kusen jendela dan segera berjalan keluar setelah mengambil tas miliknya.
"Halo, Adam?" Laura menyapa seorang bocah yang duduk di kursi belakang mobil saat dia beranjak duduk di kursi depan bersama Peter. Namun, bocah itu tak menjawab. Matanya lebih tertarik memandang rumah semi kontainer milik ibunya yang sudah tiga bulan ia tinggalkan karena memilih pindah ke rumah Paman Peter.
Sadar bahwa anaknya masih belum mau bicara, Laura menengok ke arah Peter yang menatapnya sambil mengangkat satu alisnya, Laura mengernyitkan dahi, mereka bertatapan. Entah apa yang keduanya pikirkan. Kemudian, Peter segera melajukan mobil. Laura mengendus bahu kanan dan kirinya memastikan bau rokok atau alkohol tidak tercium dalam mobil.
"Bagaimana keadaannya sekarang, Peter?" tanya Laura pada pria yang sedang fokus menyetir itu.
"Sudah lebih baik. Dia sudah mau bicara kepada beberapa tetangga, dia juga sudah punya teman. Hmm siapa namanya? Ha-Harry?" Peter bertanya pada Adam. Kedua orang dewasa di kursi depan sekejap menengok ke belakang. Adam yang ditanya memilih diam, apalagi saat Laura tersenyum padanya. Itu membuatnya risih.
"Kamu sudah punya teman baru, Adam?" tanya Laura.