Hiruk-pikuk suasana ramai restoran sangat terasa. Semua meja penuh dengan pelanggan. Setiap kali meja menjadi kosong ditinggalkan oleh penghuninya menyisakan piring-piring dan gelas-gelas kotor, tak lama berganti penghuni lainnya yang tidak sabar memanggil-manggil para pekerja restoran untuk segera membersihkannya.
Dengan sigap, Laura menghampiri pelanggan tersebut dan berusaha membersihkan meja dengan kain lap yang selalu berada di bahu kirinya. Walaupun tiga piring kotor sudah ada di tangannya ia memaksakan untuk membawanya, tetapi ia tampak tak sanggup.
"Maureen, bisa tolong sebentar?" Panggilannya agak lantang. Namun, rekan kerjanya itu juga sudah sibuk dengan pelanggan-pelanggan lain yang minta segera dilayani. Akhirnya, Laura harus mengangkatnya perlengkapan makan kotor itu sendirian.
Prang!
Tanpa sengaja Laura menumpahkan kopi hitam sisa dari gelas kotor saat akan mengangkatnya sementara empat-lima piring sudah ada di kedua lengannya.
"Aduh! Maaf, maaf, Tuan." Laura menaruh kembali piring-piringnya dan segera mengambil tisu lalu membersihkan noda kopi di baju seorang pria.
"Sudah, sudah, sudah. Cukup, tidak apa-apa. Biar aku membersihkannya sendiri," ucap pria itu.
"Dasar! Hati-hati lah! Kau bisa kerja enggak!" Seorang wanita tua di seberang meja, yang sangat jelas adalah pasangan dari pria tersebut, berteriak.
"Maaf, maaf, Nyonya," ucap Laura pada wanita itu yang memasang wajah sinis.
Laura langsung mengambil piring-piring tadi serta cangkir kopi, menyusunnya, dan segera membawanya. Akan tetapi, baru saja beberapa langkah menuju dapur, satu cangkir kopi lepas dari pegangan dan jatuh ke lantai. Laura berhenti dan melihat hampir semua orang yang ada di ruangan sudah memandanginya, termasuk wanita yang tadi berteriak padanya, memutar mata dengan pandangan sinis menghakimi.
🍂🍂🍂🍂