Laura berdiri di depan jendela menatap lingkungan sekitar rumah yang sudah terselimuti salju. Sesekali wanita berambut ikal itu mengusap-usap telapak tangannya. Terpikir untuk menyalakan rokok seperti kebiasaannya dulu, hanya untuk sekedar menghangatkan tubuh. Akan tetapi, ia sudah berhenti merokok sejak berbulan-bulan yang lalu. Laura memutuskan untuk melenyapkan semua yang dibenci Adam dari rumahnya, termasuk minuman alkohol. Semua itu agar anaknya itu tidak lagi membencinya.
Seketika senyum Laura mengembang saat melihat mobil putih datang dan berhenti di depan rumah. Kemudian ia berbalik untuk mengambil sweater rajut dan memakainya, lalu mengambil tas, dan bergegas pergi.
Wanita itu sempat berhenti berjalan untuk melihat sebuah kertas bergambar dirinya dengan tulisan 'Mom, You are my angel' terpasang di pintu lemari es. Ia menyungging lalu mulai melangkah kembali.
"Halo, Adam," sapa Laura setibanya di dalam mobil. Wanita itu tampak semringah. Namun, seperti biasanya, tidak ada jawaban dari bocah itu. Tanpa mengkhawatirkan anaknya, Laura lalu duduk menghadap kaca depan mobil.
Di dalam perjalanan, mata Peter tak hentinya melirik kaca spion mobil untuk melihat keadaan Adam di kursi belakang. Hal itu disadari Laura, lantas ia bertanya.
"Ada apa, Peter?"
Peter mengalihkan perhatiannya kembali ke jalan di depannya. "Oh, tidak," jawab Peter. Lalu, ia melirik kembali kaca spion mobil. "Adam, bukankah ada yang ingin kamu katakan pada ibumu?"
"Hah?" Laura mengernyit. "Benarkah itu, Adam?" Kemudian ia menengok ke arah belakang.
"Oh, mmm." Adam terlihat agak canggung. "Mom, aku, aku ... aku ingin mengundangmu untuk makan malam di malam Natal nanti. Apa kau mau, Mom?"
Laura tak percaya kata-kata itu keluar dari mulut Adam. Baginya itu sebuah keajaiban. Setelah sangat lama anaknya itu tak mau bicara padanya, akhirnya ia bisa mendengar suaranya kembali. Tanpa terasa air mata jatuh dibarengi senyum dan anggukan untuk menjawab undangan itu.
Selanjutnya, Laura mulai bertanya kepada Adam tentang kesehariannya, berusaha untuk mengakrabkan diri kembali dengannya. Sementara Peter tersenyum getir melihat keakraban antara anak dan ibunya melalui kaca spion depan. Laura tampak bahagia sekali bisa berbicara kembali dengan Adam.
Laura sadar, mungkin, ia tidak akan pernah menjadi malaikat bagi anaknya itu. Namun, justru Adam lah yang menjadi malaikat baginya. Laura menuliskan itu pada sebuah kertas dan memasangnya di bawah kertas milik Adam sebagai jawaban, juga sebagai pengingat bahwa karenanya ia mungkin bisa sembuh.
❄❄❄❄