Laura tiba di halaman rumah berwarna putih dengan pelbagai hiasan lampu-lampu berwarna-warni. Salju malam itu turun sangat deras. Halaman rumah milik Peter diselimuti salju, hingga membuat Laura kesulitan berjalan. Sambil menenteng tas yang tampak agak besar di pundak, wanita bermantel cokelat itu mulai berjalan.
Setelah sampai di teras, dia disambut oleh senyuman Peter dan istrinya yang memang sudah mengetahui kedatangannya saat melihat Laura melalui jendela. Mereka langsung mempersilahkannya untuk masuk karena udara semakin dingin.
Ketika memasuki rumah, perhatian Laura tertuju ke segala arah ruang, ia sedang mencari-cari sosok anaknya. Setelah menyimpan mantel, Laura dipersilahkan oleh Peter untuk pergi ke ruang makan. Ia tersenyum pada Peter dan langsung berjalan sebab makan malam akan segera dimulai.
"Halo, Laura, apa kabar?" sapa Kelly, istri Peter.
Laura tersenyum, "Baik."
"Silahkan duduk. Anggap saja rumah sendiri." Kata-kata Kelly terdengar canggung. Mungkin, karena dirinya baru pertama kali ini bertemu Laura lagi semenjak di acara pernikahannya. Itu pun hanya sebatas pengantin dan tamu undangan.
Peter menatap Kelly dan mengangkat alisnya. Dia sadar akan kecanggungan istrinya. "Kelly, di mana anak-anak?"
"Oh, iya. Aku panggil mereka dulu. Mungkin mereka sedang melihat-lihat kado natal di bawah pohon. Ah, mereka tak sabar untuk membukanya besok. Ha-ha-ha."
Wanita berambut pirang itu pun berjalan pergi sambil manggil-manggil nama anaknya, Juddy. Sementara mata Laura lekat menatap kepergian Kelly. Dia berpikir mungkin Adam juga ada di sana. Kemudian ia duduk di kursi depan meja makan.
Tak lama kemudian, Juddy, seorang remaja perempuan, dan Adam datang sambil berlari ke ruang makan. Laura terkejut melihat kedatangan mereka, terutama saat melihat anaknya itu.
"Adam," panggil Laura.
"Mom? Kau datang?"
Laura tersenyum, "Iya, sayang, ibu ada di sini."
Terlihat jelas bahwa Laura ingin sekali memeluk anaknya. Dia beranjak berdiri untuk menyambut Adam, tetapi bocah itu tak lantas menghampirinya dan berjalan lalu duduk di kursi yang berseberangan dengannya. Peter melihat itu semua dan melirik Laura yang kemudian beranjak duduk kembali.
Laura terdiam. Wanita itu terus menatap anaknya. Jelas sekali dirinya sangat ingin berbicara kepadanya. Terlihat bibirnya bergetar seperti ingin menyapa anak lelaki yang ada di hadapannya.
"Adam," panggil Peter. Bocah itu melirik kearah asal suara. Kemudian Peter menaikan alisnya dan menunjuk pelan Laura dengan wajahnya, bermaksud untuk menyuruh Adam bicara pada ibunya.
Bocah sepuluh tahun itu mengerti. Dia yang sama-sama masih canggung kemudian menyapa Laura, "Mom, apa kabar?"