Ketebalan salju dari permukaan tanah sudah hampir menutupi jendela. Menurut berita cuaca di radio, sepertinya malam ini akan terjadi badai. Karena itu Kelly menyuruh Laura untuk menginap di sana malam ini.
Pemanas ruangan tidak bisa mengalahkan dinginnya udara malam natal. Secangkir minuman coklat panas masih menemani Laura yang sedang duduk di ruang keluarga. Terlihat sepasang sepatu baru di atas meja. Sebenarnya Laura berniat akan membungkusnya sebagai hadiah natal. Namun, karena uangnya habis untuk membeli sepatu itu, ia tidak membeli kertas kado. Makanya, dia hanya membawanya begitu saja dalam tas.
"Itu hadiah untuk Adam?" Tiba-tiba Kelly datang menghampiri dengan piyama tebalnya dan berdiri di samping Laura.
"Huuh," jawab Laura.
"Kau mau membungkusnya? Aku ambilkan kertas dan alat untukmu."
"Tak usah, biar begitu saja."
"Kenapa?" Kelly mengernyit. "Oh, agar Adam tahu itu darimu?"
Laura menyungging. "Tidak, kelly," jawab Laura, "Aku akan membawanya kembali."
"Hah? Kenapa?"
Laura tak segera menjawabnya. Namun, ia melirik kado-kado yang ada di bawah hiasan pohon natal itu tampak mewah dan warna-warni. "Aku ragu saja, Kelly. Aku pernah memberikan Adam sepatu, tetapi dia malah mengamuk padaku."
"Owh." Kelly tak berani menjawab bagian itu. Namun, kernyit dahi yang terangkat memperlihatkan bahwa dirinya tidak setuju akan hal itu.
"Kenapa?" tanya Laura.
"Kenapa apanya?"
"Wajahmu ... wajahmu seperti ingin mengucapkan sesuatu padaku."
Kelly menyungging senyum. "Oh, begini, Laura. Adam memang mengamuk atau marah padamu, tapi itu bukan karena sepatunya. Dia merasa kau tidak perhatian padanya, seperti kau memperhatikan Danny."
Laura mengernyit heran. "Bagaimana kau tahu? Aku memperhatikan mereka berdua. Hanya saja, aku selalu memberi barang lama milik Danny pada Adam. Mungkin itu yang membuatnya tak senang dan mengamuk."
"Tidak, Laura. Peter menceritakannya. ia tahu dari Adam dan dokter yang menanganinya dulu. Bahwa Adam sebenarnya hanya ingin perhatianmu yang lebih."