Musim semi hampir berakhir ditandai dengan daun-daun yang mulai rimbun, meskipun bunga-bunga masih tampak bermekaran pada ranting pohon di sepanjang jalan dan taman-taman, yang akan mengantarkan pada musim panas. Matahari bersinar lebih cerah sejak beberapa hari lalu, di mana hujan terakhir kali jatuh di kota Philadelphia.
Sebuah bis sekolah berhenti di ujung jalan komplek dan menurunkan seorang anak laki-laki. Itu adalah Adam. Karena letak rumah yang begitu jauh dari jalan besar serta kendaraan pengangkut pelajar itu tidak melewati rumahnya, ia harus terbiasa kembali berjalan dari ujung jalan menuju rumah semi kontainer yang ditinggalinya bersama ibu dan saudaranya.
Sudah hampir enam bulan semenjak dirinya memutuskan pindah dari rumah paman yang mengasuhnya selama proses konseling, Adam tidak lagi diantar-jemput.
Paman Peter ingin Laura benar-benar mampu mengurus Adam tanpa bantuannya. Sebab musim panas ini, saudara dari mendiang suaminya itu akan pindah ke Kanada.
Akan tetapi, sepertinya Laura berhasil mengasuh Adam dengan baik selama beberapa bulan ini tanpa bantuan dari Peter. Semenjak ia mendapat ijin asuh kembali, dirinya sangat bekerja keras mencari pemghasilan tambahan. Apalagi, sekarang ia benar-benar sudah bebas dari minuman keras dan rokok.
"Selamat siang, Mom. Aku pulang." Adam berteriak setelah masuk ke dalam rumah dan menutup pintu kembali. Kemudian ia menaruh tas yang tampak kebesaran di meja, sementara Laura masih sibuk dengan masakannya.
"Oh. Hei, Adam, bagaimana sekolahmu hari ini?" tanya Laura saat melihat Adam sudah terduduk di kursi meja makan.
"Yeah, tak ada yang baru."
Masih dengan celemek dan spatula di tangan, Laura melirik Adam. Ia memperhatikan anaknya itu yang sedang diam menekur.
"Ada apa, Adam?" tanya Laura sekadar memastikan sembari masih lanjut memasak.
"Tak ada apa-apa," jawab Adam.
Tak lama kemudian, Danny datang dari kamarnya dan tersenyum saat melihat Adam. Seperti biasanya, tangan itu tak pernah lupa mengacak-acak rambut Adam setiap kali bertemu. Remaja itu pun duduk di kursi meja makan, di samping adiknya.
"Apa kabarmu?" tanya Danny sambil memukul bahunya.
Laura yang melihat perlakuan Danny ke adiknya sedikit merasa risih. "Jangan kau ganggu adikmu, Danny!"
"Hei, aku tak mengganggunya, aku menanyakan kabarnya," sanggah Danny.