Adam terpesona melihat gedung di hadapannya. Dirinya tidak pernah masuk ke gedung sebesar itu sebelumnya. Ia meminta temannya, Harry, untuk mengantarkannya ke sana, ke Boom Play Zone, tempat segala permainan anak, semacam sebuah festival yang setiap tahun digelar di lapangan tempat mereka tinggal, tetapi ada dalam satu gedung. Adam bersikeras meminta Harry pergi ke sana bersamanya.
"Kau yakin mau masuk?" tanya Harry.
Adam tak lantas menjawabnya. Matanya masih memandang sebuah monumen berbentuk planet dengan kilasan meteor besar di atas gedung bertulisankan nama tempat itu.
"Tentu saja, Harry," ucap Adam.
"Di sana mungkin ada Martin dan teman-temannya. Bukankah ini adalah tempat mereka bermain?"
"Iya, aku tahu. Tapi aku sudah mengajakmu. Dan kita sudah berada si sini, Harry. Apa kau mau balik saja?"
Sejenak Harry berpikir. Matanya mengernyit lalu memandang gedung itu. "Baiklah, kita masuk saja," ucap Harry. Kemudian mereka pun mulai berjalan untuk masuk ke sana.
Adam adalah seorang anak yang penyendiri. Dia sering dijauhi oleh anak-anak, baik di sekolah ataupun di lingkungan rumahnya. Harry adalah satu-satunya kawan yang Adam miliki. Maka dari itu, Adam hanya berani mengajaknya pergi. Mungkin, itu karena Harry mempunyai masalah yang sama dengannya: sering menjadi korban perundungan oleh murid-murid lain di sekolah.
Adam tampak semringah ketika menelusuri lorong-lorong di mana terpasang ikon-ikon figur yang sering dilihatnya di televisi. kartun favorite, tokoh jagoannya, juga aneka gambar bertemakan video game. Warna-warna cerah menyihir mata Adam. Senyumnya lebar. Ia benar-benar berada di dunia fantasinya.
Adam melihat Harry berdiri di depan pintu. Sepertinya pintu itu akan membawanya ke arena permainan utama. Adam berlari menghampiri Harry dengan senyum lebar. Kemudian mereka masuk dan langsung menikmati segala permainan yang ada di dalam sana.
Lama mereka asyik bermain. Lalu, ketika mereka sedang asyik bermain ding-dong di area Boom Play Zone, terdengar teriakan dari anak-anak lain di belakang, "lihat! Siapa yang sedang main!" Ternyata, itu anak-anak yang sering merundungnya di sekolah.
Entah kenapa itu menjadi sangat lucu dan membuat semua anak-anak yang ada di sana tertawa. "Apa dia benar-benar bisa main?" Pecah lagi tawa dari mulut anak-anak yang memang hampir semuanya adalah satu sekolah dengannya.