Adam and His Frustration

Hendra Wiguna
Chapter #15

Tart Cake

Sudah berkali-kali Adam menghampiri jendela untuk melihat apakah ibunya sudah pulang atau tidak. Jam sudah menunjukkan pukul 20:45, seharusnya Laura sudah ada di rumah semenjak tiga puluh menit lalu. Adam termangu sambil melipat tangan di kusen jendela. Matanya membiaskan cahaya jingga dari matahari yang sedang menggelinding di cakrawala barat jauh seakan terburu-buru sembunyi di balik pohon-pohon.

"Apa Mommy sudah pulang?" tanya Danny yang baru saja keluar dari kamarnya. Ia terlihat gelisah lalu menghampiri Adam.

Adam menggeleng. "Apa mungkin Mommy akan pulang malam?"

"Aku tidak tahu. Sepertinya begitu," jawab Danny. Kemudian ia memandang jalan melalui jendela dengan wajah khawatir. "Dengar, Adam. Aku tahu kau sedang menunggu Mommy. Tapi, aku harus pergi sekarang," ujar Danny. Adam menengadah ke wajah saudaranya. "Kau bisa menunggu sendirian, kan?"

"Kau mau ke mana?"

"Ada urusan yang harus aku lakukan," jawabnya. "Kau bisa sendirian, kan? Bukankah kau sudah besar sekarang?" tanya Danny. Sejenak berpikir lalu Adam mengangguk. "Pintar," puji Danny sambil menggosok-gosokkan telapak tangan ke kepala Adam. "Selamat ulang tahun, Adam," ucapnya.

Tanpa pikir panjang, Danny pun pergi meninggalkan Adam sendirian di rumah. Adam kembali memandangi keadaan jalanan melalui jendela di mana terlihat juga saudaranya terburu-buru-buru pergi dengan sweater Hoodie hitamnya.


🍀🍀🍀🍀


Sementara itu, Laura masih sibuk melayani para pelanggan di restoran. Meski hari itu bukan akhir minggu, tetapi keadaan di sana sangat ramai. Semua karyawan tahu, itu berarti mereka akan diperintahkan untuk mengambil tambahan waktu kerja sampai malam, meskipun tanpa aba-aba dari Mr. Jhonny. Termasuk Laura.

Namun, dirinya harus segera pulang karena ada satu janji kepada anaknya yang sedari siang menjadi pikirannya; bahwa ia lupa untuk membeli kue tart untuk Adam sementara ia tahu toko itu akan tutup di saat ia pulang.

Berkali-kali ia melirik jam di dinding. Setelah ia menyimpan piring-piring kotor di dalam troli dan mendorongnya ke wastafel, ia segera pergi. Sebelum Laura keluar dari ruangan, seseorang mencecarnya. "Hei, ini tugasmu! Mau ke mana kamu?!" Tetapi dirinya tak menghiraukan teriakan itu lalu pergi.

Pintu kantor sang pemilik restoran terbuka dari luar. Wanita yang masih berpakaian pelayan itu masuk dengan wajah takut lalu menutup pintu kembali. Pria berkemeja putih mengangkat alisnya saat melihat Laura berdiri di hadapannya agak jauh.

"Maaf, Tuan. Hari ini aku tidak mengambil tambahan waktu kerja. Aku ijin pulang."

Lihat selengkapnya