Adam terduduk menekur, mendiamkan makanan yang disajikan di atas meja oleh Laura yang memperhatikannya sedari tadi dengan gamang. Kemudian Laura mengalihkan pandangan pada Peter yang duduk berhadap-hadapan dengannya. Ada gurat bingung pada wajah wanita itu semenjak kedatangan anaknya bersama Peter.
"Adam, kenapa kau tidak memakannya?"
Adam mengernyit. Anak kecil itu melihat ibunya dan paman bergantian. Lalu ia mengambil alat makan, mulai menyendok semangkuk mess potato dan memasukannya ke mulut dengan enggan.
"Adam akan ikut aku ke Kanada."
Laura terkesiap. "Kenapa? Kau sudah berjanji memberi kesempatan padaku."
"Kau tidak tahu apa yang terjadi di sekolah Adam hari ini. Pihak sekolah meneleponku dan menyuruhku untuk segera pergi ke sana. Kenapa mereka tidak meneleponmu?"
Sejenak Laura tediam dan berpikir. "Apa maksudmu? Peter, ada apa sebenarnya?"
"Adam mengamuk lagi," jawab Peter dengan pelan tapi tegas. Laura terkejut mendengarnya, kemudian melihat anaknya yang masih termangu.
Tentu saja Adam mendengar percakapan mereka. Wajahnya terlihat jelas sedang kesal saat menunduk. Laura tidak tahu apa yang sedang terjadi pada anaknya kali ini. Apa alasan dia mengamuk? Kemudian ia teringat cerita Adam tentang seorang anak yang merundungnya.
"Itu bukan salahku," bela Laura.
Peter menggeleng. "Bukan salahmu, tak ada yang menyalahkanmu, Laura. Aku hanya ingin tahu kenapa mereka meneleponku, bukan kau?"
"Maksudku, ada yang merundungnya," Laura menciba bertahan dengan argumennya.
"Ya. Aku sudah tahu. Adam sudah bercerita semuanya di ruang kepala sekolah tadi. Termasuk temannya yang bernama Harry." Peter menatap Laura sambil menautkan alisnya pelan. "Apa kau tahu anak bernama Harry?"
"Ya, aku tahu. Dia temannya Adam. Adam pernah bercerita tentang temannya itu. Beberapa hari lalu bahkan dia mengundangnya. Tetapi dia tidak datang," jelas Laura. "Sebenarnya ada apa? Tolong jangan berbelit-belit. Aku harus masuk kerja lagi."
"Harry tidak ada. Dia...." Peter menoleh pada Adam. Dia tidak mau melanjutkan pernyataan itu. Sementara Adam melihat paman dengan wajah agak kesal sekaligus sedih.
"Apa maksudmu?"
"Apa kau pernah melihat Harry?" tanya Peter.
Laura menggeleng pelan. Dahinya mengernyit.