ADELINA

Rudie Chakil
Chapter #4

Kenangan Berbisa

"Gue jatuh cinta sama lo, Ra."

Aida berujar pada Aradhea Dananjaya yang tengah berdiri di sampingnya. Menatap sang surya tatkala hendak membenamkan diri di balik permukaan laut. Mereka sedang liburan di pantai Anyer, Serang, Banten.

"Tidaklah mungkin bagi matahari mengejar bulan dan malam pun tidak dapat mendahului siang. Masing-masing beredar pada garis edarnya." ¹

Aradhea berbisik sembari memusatkan pandang pada kemegahan Selat Sunda saat-saat menjelang waktu Magrib. Aida lantas berdiri ke hadapannya.

"Araa ... jawab pertanyaan gue, Ra," pintanya.

"Oke."

Aradhea memegang bahu Aida dengan kedua tangan, lalu berkata, "Aida ... lebih baik kita jadi teman aja yaa."

Aida terpana dengan pandangan kosong. Ia merasa kecewa dengan jawaban Aradhea. Namun beberapa saat kemudian Aradhea tersenyum. "Teman hidup maksudnya," balasnya.

Aida segera memeluknya, tetapi Aradhea langsung berlari dan Aida mengejarnya.


Pertemuan tersebut terjadi sekitar enam bulan yang lalu.



Anybody could be that guy. Night is young and the music's, high. With a bit a rock music, everything ia fine, you're in the mood for a dance.

You are the Dancing Queen, young and sweet, only seventeen. Dancing Queen, feel the beat from the tambourine. Oh, yeaaah.

You can dance, you can jive, having the time of your life. See that girl, watch the scene, digging the Dancing Queen.

"Hahaha, enak banget nyanyi duet bareng sama lo, Lin," ujar Aida. Baru saja mereka selesai bernyanyi bersama.

"Kita dah kayak Agnetha dan Anne Frid aja yah, Ay," balas Lina, tertawa kecil.

"Hahaha." Aida tertawa lagi, lalu mengembuskan napas panjang.

"Lina ... gue heran ... sampai sekarang lo kok gak punya cowok sih? Tipe cowok lo kayak apa sih?"

Lina tersenyum. "Gue gak pernah mikirin cowok, Ay. Gue yakin banget, Tuhan pasti udah mempersiapkan jodoh buat gue. Cuma belum datang waktunya aja."


Kejadian itu merupakan ingatan sekitar lima bulan yang lalu.



Lihat selengkapnya