ADELINA

Rudie Chakil
Chapter #5

Ayo, Agnostik

Lina berhenti mengemudikan mobilnya di halaman area pertokoan berlantai tiga. Pukul 08.30. Tepatnya di depan sebuah ruko yang berada pada deretan paling kanan apabila dilihat dari arah jalan. Masing-masing ruko menjual komoditi yang berlainan.

Caroline Coffe.

Tulisannya besar, terpampang pada muka bangunan dengan posisi di atas kanopi yang memanjang ke samping. Area pertokoan tersebut cukup strategis, berlokasi di salah satu jalan protokol.

Pintu depan Nissan Juke berwarna biru metalik itu pun terbuka.

"Halo, Bang."

Lina tersenyum kepada satu dari dua orang laki-laki dewasa yang bekerja sebagai petugas parkir. Mereka sedang duduk santai, berbincang-bincang di beranda ruko. Pria berkaus hitam dengan rompi oranye berdiri.

"Udah sarapan apa belum, Bang?" tanya Lina, seraya berjalan sambil mengunci pintu mobil.

"Udah. Udah, Bu, terima kasih." Pria tersebut menunduk hormat. Lina lantas mengangguk dan kembali melangkah.

"Tuhh, orang yang beneran kaya mah kayak bos lo, tuh." Teman dari pria tersebut berbisik, saat gadis berkaus putih dengan celana Levis biru sepatu kets itu berlalu.

"Ini mah apaan! Angkuh banget!" celanya, seraya menunjuk satu bangunan di sebelah Caroline Coffe, yakni ruko yang menjual aneka macam kue, tempat di mana laki-laki itu bekerja. Keduanya memang mencari nafkah di satu kawasan yang sama, akan tetapi masing-masing ruko mempunyai satu orang petugas parkir.

"Hahaha, jangan disamain, lahh," balas Si Pria rompi oranye yang bekerja untuk Lina sejak satu setengah tahun yang lalu itu.

"Yaa Allah. Bagusnya tuh cewek." Laki-laki yang terlihat lebih muda tersebut menatap Lina ketika mendekat ke pintu kaca. Ia berdecak sambil menggelengkan kepala. "Dia udah punya pacar belum sih?"

"Punya lahh, itu yang bawa Pajero putih, yang suka datang ke sini." Jawab Si Pria.

Obrolan mereka pun berlanjut bersama dua gelas kopi hitam yang masih mengepul.

Nindy —25 Tahun— merupakan orang kepercayaan Lina yang diberi tanggung jawab untuk mengurus cafe. Ia segera menyapa, "Hey ... tumben pagi-pagi datangnya."

"Iya, Nindi, gue ada janji sama orang."

Lina duduk di dekat meja kasir, menata ulang mahkota lurusnya yang selalu diikat kuncir kuda dengan ikatan condong ke atas. Ia lalu melihat seorang pramuniaga yang sedang berbenah.

"Umi ... gue mau mocha latte dong," pintanya.

"Baik, Bu." Pramuniaga berwajah manis dengan name tag bertuliskan 'Umi' itu segera membuatkan.

Jumlah total karyawan Lina ada enam orang. Yaitu kepala ruko, dua orang pramuniaga, tiga orang pramusaji, dan satu orang petugas parkir. Nindy sendiri selaku kepala ruko merupakan teman kuliah Lina yang sudah tidak lagi mengenyam pendidikan karena beberapa faktor.

Lihat selengkapnya