Kamu sembuh, justru mendadak degup jantungku kambuh.
Adelon - Ifa Shaffa
"Del, lo kemarin ke mana, sih? Buru-buru banget keluar kelas," ucap Silka.
"Iya, Del. Sampe tenggorokan kita berdua kering. Lo budek banget kita teriak-teriak tapi lo malah ngacir gitu aja," cerocos Hirva panjang kali lebar.
"Jenguk Delon. Dia sakit. Adel khawatir banget. Takut Delon kenapa-kenapa," tutur Adel jujur.
"Ohh, jadi karena jenguk Delon? Terus, tanggung jawab lo karena udah buat tenggorokan kita kering apa?"
Adel menghela napas seraya tersenyum manis. "Adel tahu, pasti Hirva minta traktir, kan? Tenang aja, hari ini, apa pun yang dipesen Hirva sama Silka, Adel yang bayar deh!"
"Serius nih?"
"Udah dibilang Adel nggak suka dimodusin. Iya pasti ini serius, dong!" cetus Adel dengan percaya diri.
"Asyikkk.. makan gratis kita hari ini, Sil," ucap Hirva.
Silka hanya senyum-senyum dan mengangguk mengiyakan.
Di tengah pembicaraan antara Adel, Hirva, dan Silka yang saat ini sedang terjadi di kantin, tiba-tiba ada tangan yang menyodorkan sebuah tupperware berwarna hijau muda di atas meja tepat di depan Adel. Tiga pasang mata itu langsung tertuju pada tupperware tersebut dan dengan bersamaan, tiga gadis itu mendongakkan kepalanya masing-masing.
Begitu terkejutnya mereka bertiga ketika mengetahui siapa yang saat ini sedang berdiri di hadapan mereka. Bukan hanya mereka bertiga saja, melainkan semua murid-murid Cendana Utama yang saat ini sedang menikmati makanan dan minuman di kantin, semua tidak percaya dengan apa yang mereka lihat.
"Delon?" ucap Adel begitu semangat.
"Itu buat lo dari nyokap." Delon memberi tahu tanpa menunggu pertanyaan yang akan keluar dari mulut Adel.
Setelah apa yang diucapkannya pada Adel barusan, Delon langsung pergi meninggalkan kantin. Pemuda itu tidak butuh pertanyaan-pertanyaan lagi yang akan membuat dirinya semakin menjadi pusat perhatian. Delon paling tidak suka itu.
Adel pun sadar dari lamunannya ketika Delon sudah pergi. Bahkan punggung pemuda itu sudah hilang di balik tembok kantin. Sepasang matanya kembali berkedip. Karena sejak kedatangan Delon, sepasang mata gadis itu menatap serius tanpa kedipan sedikit pun. Karena penasaran, Adel pun menilik apa isi di dalam tupperware pemberian dari Delon.
Jantungnya semakin berdebar hebat ketika mengetahui apa isi tupperware itu. Buru-buru gadis itu menutup kembali tupperware-nya. Dan sudah dapat ditebak apa yang akan dilakukan Adel setelahnya. Jelas gadis itu akan mengejar pujaan hatinya dengan tidak lupa membawa pemberian Delon.
"Del, lo kok pergi, sih? Terus traktiran kita gimana?" tanya Hirva ketika melihat Adel sudah berdiri dari bangkunya.
"Aman. Bakal tetep Adel traktir, kok. Sekarang, Adel mau nemuin Delon dulu," sahut Adel. "Nggak apa-apa kan, Va, Sil? Kalau Adel tinggal?"
Hirva dan Silka saling berpandangan. Lalu kembali memandang Adel. Mereka pun berbarengan mengedikkan bahu.
Di sudut kantin, ternyata sedari tadi ada tiga pasang mata yang tidak berhenti memerhatikan Adel, yang saat ini sudah pergi meninggalkan kantin. Lebih tepatnya ketika awal kehadiran Delon mendatangi Adel ke kantin. Karena untuk pertama kalinya selama bersekolah, Delon mendatangi seorang gadis. Jelas itu membuat mereka penasaran.
"Za, gue nggak nyangka, ternyata Abang lo gentle juga, ya," cetus Yunan "Baru kali ini gue lihat Bang Delon nyamperin cewek."
"Iya. Gue juga ikutan kaget tadi." Kafka ikut menyeletuk.
"Cewek-cewek juga pasti nggak bakalan nolak lah, kalau disamperin cowok kayak Bang Delon. OTW melayang-layang pasti jantung mereka."
Mendengar penuturan Yunan, membuat Reza dan Kafka yang mendengarnya terkekeh puas. Ada-ada saja memang Yunan itu. Pantas saja Silka menerimanya menjadi pacar. Selain tampan, romantis, dan humoris, Yunan juga setia. Jadi tidak perlu ada yang dikhawatirkan, sudah dipastikan Yunan tidak akan berselingkuh.
"Lo kalau ngomong emang suka bener, Nan!" sambung Kafka.