Kebahagiaan sederhana itu; ketika aku dan kamu menjadi satu.
Adelon - Ifa Shaffa
"Temen-temen Delon asyik-asyik, ya," cetus Adel.
Delon tak menyahut. Pemuda itu hanya fokus mengemudi.
Merasa diacuhkan, Adel pun memilih kembali diam dan menoleh ke arah jendela. Menekan tombol hingga kaca jendela mobil sedikit terbuka. Ramai sekali malam ini. Sama seperti malam-malam biasanya. Cahaya-cahaya lampu kendaraan di jalan raya nampak begitu indah namun juga sesak. Seharusnya memang tidak heran. Jakarta memang selalu seperti itu. Padat.
Semilir angin pun menyelusup masuk ke dalam mobil tanpa izin. Memang ini sebenarnya yang diinginkan Adel. Gadis itu lebih menyukai udara nyata dibanding yang pura-pura. Karena yang gadis itu tahu, bahwa yang pura-pura memang tidak pernah buat bahagia.
"Lo nggak kedinginan?" Delon bertanya ketika menyadari gadis yang duduk di sebelahnya begitu menikmati suasana malam ini. Itu terlihat jelas ketika Adel mengatupkan matanya seraya tersenyum.
Adel menggeleng.
Satu detik..
Dua detik..
Tiga detik..
Empat detik..
Lima detik..
Setelah tidak lagi mendengar adanya pertanyaan dari Delon, Adel membuka matanya dan kembali menutup jendela mobil. Karena kalau terlalu lama, polusi-polusi itu tidak akan segan untuk menghampiri.
"Delon pasti masih kesal kan, karena Adel maksa untuk ikut Delon ke reuni SMP. Maaf, ya, Delon," tutur Adel dengan tulus. Jujur, gadis itu merasa bersalah.
Delon hanya mengedikkan bahu sekenanya.
"Kalau emang Delon sebenarnya nggak suka, kenapa Delon setuju Adel ikut."
"Karena lo keras kepala. Nggak diizinin tetep aja maksa." Pelan. Tapi jawaban Delon penuh dengan penekanan.
Adel memilih diam dan menundukkan kepalanya.
"Udah sampe," ujar Delon berbarengan dengan mobilnya yang berhenti.
"Sekali lagi makasih, ya, Delon. Udah mau ngizinin Adel ikut ke reuniannya SMP Delon. Meskipun Delon ngelakuinnya terpaksa." Adel tersenyum seperti biasa. Gadis itu pun membuka pintu mobil dan segera turun.
Begitu juga mobil Delon yang kembali melesat pergi.
***
Sesampainya di rumah, Delon langsung menaiki anak tangga satu per satu karena kamarnya yang terletak di atas.
"Loh, udah pulang Delon?" tanya Oky yang berpapasan dengan Delon ketika ingin berjalan turun dari anak tangga.
"Iya, Ma," jawab Delon singkat.
"Gimana reuniannya. Seru?"
"Lumayan."
Tidak ada lagi sepertinya yang ingin ditanyakan, Oky tersenyum simpul dan membiarkan putranya beristirahat di kamarnya. Mungkin Delon lelah karena baru pulang pukul 22.00 malam, sementara sudah pergi sejak pukul 17.00 sore.
Lantas Delon langsung melemparkan tubuhnya ke atas ranjangnya yang empuk ketika sampai di kamar. Ingin memaksa sepasang kelopak matanya untuk tertutup, tapi selalu gagal. Delon pun mengurungkan niatnya untuk beristirahat. Tubuhnya kembali bangkit dan berjalan sedikit ke meja belajar.
Pemuda itu menarik kursi dan duduk di sana. Membuka notebook miliknya untuk menghilangkan kepenatan yang ada di kepalanya.
Ddrrrttt..
Baru saja notebook-nya menyala, layar ponselnya yang tadi sudah ia letakkan di sebelah notebook pun ikut menyala. Ada satu notifikasi di sana. Delon hanya meliriknya sekilas tanpa berniat untuk membalas pesan tersebut.