ADELON

Ifa Shaffa
Chapter #10

Persetujuan

Bukan cuma doa. Tapi juga usaha.

Adelon - Ifa shaffa

"Adel sekarang jarang nemuin kita, ya, Sil. Semenjak pedekate sama Delon," ujar Hirva yang melihat Adel baru masuk ke kelas.

Silka hanya mengangguk mengiyakan.

Adel duduk di bangkunya dengan dengan posisi menyamping, agar mudah untuk bercengkerama dengan kedua sohibnya. Kebetulan bel masuk juga belum berdering.

"Va, Sil, emang Adel ini nyebelin, ya?" tanya Adel pada kedua temannya.

"Baru sadar lo!" cetus Hirva.

"Emang kenapa, Del?" tanya Silka lebih lembut. "Ada yang bilang lo nyebelin emang?"

Adel menggeleng lemah. "Nggak ada, sih. Cuma Adel bingung aja gitu sama Delon. Dia itu susah banget dideketin. Dingin. Apa karena Adel terlalu nyebelin, ya."

"Mungkin." Hirva mengedikkan bahu sekenanya.

"Terus Adel harus gimana, dong?" Adel pun mencoba meminta pendapat dari kedua temannya.

"Mana gue tahu, Del. Gue nggak pernah pacaran. Suka sama orang aja belum pernah," jujur Hirva. "Noh, tanya sama yang lebih berpengalaman," tunjuk Hirva dengan dagunya.

"Kok gue?" protes Silka bingung.

"Lah terus siapa? Kan di sini yang punya pacar cuma lo, Sil."

"Iya nggak gue juga kali."

Adel mengacak rambutnya karena pusing. Kenapa juga malah Hirva dan Silka yang beradu mulut. Adel pun memutuskan untuk mengubah posisi duduknya ke arah depan. Menghadap papan tulis. Bel berakhirnya istirahat pun sudah menggema.

Gadis itu pun kembali memikirkan bagaimana caranya agar bisa lebih dekat dengan Delon. Adel sebenarnya juga sadar, kalau dengan memaksa Delon agar bisa dekat dengannya, pasti akan membuat Delon risih. Tapi Adel juga tidak tahu, harus dengan cara apa lagi agar bisa dengan mudah mendekati Delon tanpa sebuah paksaan.

Karena guru mata pelajaran biologi sudah memasuki kelas, Adel pun mencoba untuk melupakan Delon sejenak. Gadis itu akan kembali fokus belajar terlebih dahulu.

***

"Delon, bisa minta tolong Ibu ambilkan buku paket bahasa Inggris di kelas XI IPA 2. Kemarin Ibu mengajar di sana dan lupa dibawa," titah Ibu Hesty—guru bahasa Inggris kelas sebelas.

Delon mengangguk. "Baik, Bu." Lantas Delon berdiri dan mulai berjalan ke luar menuju kelas XI IPA 2.

Tok.. tok.. tok..

"Permisi Bu Indah. Tadi saya disuruh Bu Hesty untuk ambil buku paket bahasa Inggris yang ketinggalan di sini," ucap Delon sopan pada Ibu Indah.

"Oh gitu. Anak-anak, kalian tahu di mana Bu Hesty meninggalkan buku paket bahasa Inggrisnya?" tanya Bu Indah pada murid-muridnya.

Salah satu siswi mengangkat tangannya ke atas. Dia adalah Febby—bendahara XI IPA 2. Febby memberi tahu kepada Bu Indah kalau dirinya menyimpan buku cetak milik Bu Hesty di dalam laci meja guru.

Tanpa disadari, selama Delon berada di kelas XI IPA 2 sambil menunggu Bu Indah menyerahkan buku cetak bahasa Inggris padanya, Delon yang berdiri di ambang pintu sejak tadi memperhatikan gadis yang sedang serius menulis. Gadis itu kebetulan duduk di bangku barisan ketiga.

Hirva pun baru sadar kalau Delon berada di kelasnya. Karena sejak tadi, semua murid memang lagi sibuk mengerjakan tugas. Hingga beberapa dari mereka tidak sadar atas kedatangan pemuda incaran Cendana Utama termasuk Adel.

Karena Hirva orang pertama di antara Adel dan Silka yang mengetahui kehadiran Delon, Hirva pun mencolek Adel dengan telunjuknya dari belakang.

"Sst, Adel," panggil Hirva lirih. Takut terdengar oleh Bu Indah.

"Hmm," gumam Adel belum menoleh ke belakang.

"Itu lihat di depan. Ada siapa?"

Lihat selengkapnya