Aku mengungkapkan rasa, dan kau biasa saja?
Adelon - Ifa Shaffa
"Del, mau tidur di sekolah?" celetuk Hirva.
Melihat Adel senyum-senyum sendiri sembari bertopang dagu, sementara murid-murid yang lain sudah bergegas akan pulang, membuat Hirva khawatir dengan keadaan temannya yang satu itu.
Sama halnya dengan Silka. Gadis berkulit putih itu hanya mampu menatap iba keadaan Adel hari ini.
"Ini anak kenapa, sih!" kata Hirva lagi.
"Adel! Ayo pulang! Ngapain masih di sini." Silka pun akhirnya ikut angkat bicara.
"Oh. Udah pulang, ya," sahut Adel sambil tersenyum seperti biasa.
Gadis itu pun membereskan beberapa buku yang tadi berserakan di atas meja. Hirva dan Silka pun masih setia menunggu Adel untuk pulang bersama sampai di depan pintu gerbang. Sementara Bintang yang menjadi teman sebangku Adel, sudah lebih dulu berjalan keluar.
Kedua teman Adel mengira, usai kegiatan melamun di dalam kelas tadi, Adel akan kembali seperti biasa. Bersikap centil yang memuakkan. Tapi nyatanya salah. Sampai saat ini, gadis itu masih tersenyum yang tak ada habisnya.
"Del, sebenernya lo kenapa? Kita perhatiin dari tadi senyum-senyum terus?" tanya Silka disela perjalanan mereka di koridor sekolah.
"Tadi Adel nembak Delon."
Nyaris Hirva tersandung padahal tidak ada benda apa pun di lantai. Silka yang mendengarnya pun jadi batuk-batuk. Tapi mereka tetap melanjutkan perjalanan.
"Terus, mati yang ditembak!" seru Hirva asal.
"Husshh! Ngawur!" ucap Silka pada Hirva. "Lo lagi nggak bercanda kan, Del?" pertanyaan itu kini ia lempar ke tersangka.
Adel menggeleng. Kalau dari raut wajahnya, sepertinya gadis itu memang sedang tidak berbohong.
"Reaksi Delon gimana?" tanya Silka penasaran.
"Hmm, sebenernya Adel belum nembak Delon. Cuma Adel ngaku sama Delon, kalau Adel itu suka sama Delon," jelas Adel. "Tapi Delon bilang, kalau Delon nggak suka sama Adel," lanjutnya.
"Dan lo, masih berusaha untuk ngejar Delon." Hirva berucap datar.
Adel mengangguk mengiyakan.
"Padahal Delon udah bilang kalau dia nggak suka sama lo, Del!" Hirva kembali berucap. Kali ini terdengar menegaskan.
Adel tersenyum. "Tapi Delon bilang nggak suka sama Adel untuk sekarang. Nggak tahu nanti."
"Lo percaya?" tanya Silka.
"Percaya," balas Adel yakin.
Silka dan Hirva manggut-manggut paham. Tahu sendiri Adel. Dia selalu melakukan apa pun sesukanya. Terlalu ceroboh sampai tidak memikirkan apa yang akan terjadi selanjutnya. Saking tidak sabarannya, dengan modal nekad, gadis itu sampai berani lebih dulu untuk mengungkapkan rasa. Iya meskipun tidak ada yang salah dengan wanita lebih dulu mengungkapkan rasa.
"Silka!" pekikan seseorang membuat Silka menoleh. Gadis itu tersenyum ke arah parkir lalu menghentikan langkahnya.