Coba setiap hari seperti ini, mungkin degup jantungku tidak akan pernah berhenti. Justru akan berdegup kencang dari biasanya.
Adelon - Ifa Shaffa
Seperti yang diinginkan Adel. Saat ini Adel dan Delon sedang berada di salah satu mal di Jakarta. Adel dan Delon masih sama-sama menggunakan seragam sekolah. Hanya saja, keduanya sama-sama memakai jaket.
"Kita ngapain, sih, ke sini?" papar Delon tidak bersemangat.
"Jalan-jalan, dong, Delon. Kita, kan, nggak pernah jalan-jalan bareng," balas Adel santai. "Delon laper nggak? Adel laper, nih. Makan, yuk!"
"Hmm."
Akhirnya mereka berdua pun makan di salah satu restoran di dalam mal. Setelah memilih menu, Adel dan Delon memilih tempat duduk.
"Nggak nyangka. Akhirnya Adel bisa makan berdua sama Delon," gumam Adel seraya mengerjapkan matanya beberapa kali di hadapan Delon.
Delon sendiri hanya mampu berdesis kesal. Bisa-bisanya dirinya menyetujui ajakan Adel untuk pergi ke mal.
"Silakan, Mbak, Mas. Semoga menikmati hidangannya," tutur pramusaji restoran dengan ramah.
Adel dan Delon pun tersenyum tak kalah ramah dari pramusaji tersebut.
Usai pramusaji itu pergi, Adel maupun Delon sama-sama menikmati hidangan yang sudah ada di atas meja tanpa ada satu patah kata pun yang mereka bicarakan. Mereka sama-sama serius menyantap makanan mereka.
Setelas selesai makan, Adel mengajak Delon ke toko buku yang ada di mal. Katanya ingin membeli novel. Adel tidak berbohong soal itu. Gadis itu memang benar membeli novel. Tapi hanya satu dan itu pun berjam-jam. Delon sendiri sampai lelah menunggu Adel memilih-milih novel yang ia inginkan.
Tidak hanya berhenti di situ. Setelah dari toko buku, Adel mengajak Delon membeli es krim. Lalu kembali berkeliling-keliling mal.
"Mau sampai kapan kayak gini. Gue capek, Del. Ini juga udah malem," keluh Delon yang memang sudah benar-benar lelah.
"Iya-iya Delon. Habis ini pulang. Tapi ada satu tempat lagi yang wajib dikunjungi," ujar Adel.
"Ke mana lagi?"
Adel pun menunjuk salah satu toko kue. Gadis itu bilang, mamanya sangat menyukai cupcake. Jadi dia akan mampir sebentar untuk membelinya. Dan mau tidak mau, Delon pun mengiyakan ajakan terakhir Adel.
Saking bahagianya karena Delon mengiyakan ajakannya, Adel pun menarik-narik lengan Delon tanpa sadar kalau di depannya ada dinding kaca transparan.
Duukkk.
Alhasil, dahinya mencium dinding kaca dengan sangat romantis. Padahal sebelumnya Delon sudah mengatakan pada Adel untuk berhati-hati, karena di depannya ada kaca. Tapi gadis itu sama sekali tidak menggubris dan tetap berjalan santai.
"Sakit kan," lirih Delon.
Adel mengangguk seraya meringis kesakitan dan menahan malu. Delon sendiri pun berusaha sekuat mungkin untuk menahan tawa.
"Dibilangin nggak percaya."
"Adel malu Delon," ucap Adel sambil menundukkan kepala.
"Lo tunggu di sini. Biar gue yang beli cupcake-nya. Nyokap lo suka rasa apa?"
"Apa aja. Yang penting enak dan nggak suka PHP."