Seharusnya aku tidak perlu cemburu. Kamu, kan, bukan siapa-siapanya aku.
Adelon - Ifa Shaffa
Malam ini, tingkat kebucinan Adel semakin merajalela. Bagaimana tidak, jaket yang Delon gunakan untuk menutupi seragam Adel yang kotor, saat ini sedang berada di pelukan Adel. Menggantikan gulingnya untuk menemani tidur gadis itu malam ini.
Bukankah seharusnya jaket itu saat ini berada di dalam mesin cuci? Agar dengan cepat bisa ia kembalikan kepada pemiliknya. Kalau begini caranya, bagaiman jaket itu akan dikembalikan?
Pikiran licik gadis itu kini sudah mencapai puncak. Pasti gadis itu dengan sengaja tidak mencucinya. Dikarenakan Adel tidak ingin menghilangkan aroma maskulin di dalam jaket tersebut.
"Duh! Gusti. Wangi bangeeetttt." Sambil terus-terusan memeluk dan mencium aroma jaket milik Delon.
***
"Delon, nanti main ke rumah, dong!" pinta Adel manja.
"Ngapain?" jawab Delon.
"Ngapain aja juga boleh." Adel berujar malu-malu.
Ketika ingin menuju kelas, tanpa sengaja Adel bertemu dengan Delon di koridor. Dan berakhirlah mereka sekarang jalan berdua menuju kelas masing-masing.
"Kan, udah pernah ke sana."
"Masa cuma sekali." Adel memberenggut sebal.
"Maunya berapa kali?"
"Berkali-kali," sahut Adel cepat.
Delon menghentikan langkahnya. Lantas menoleh ke samping. "Ogah!"
Dengan sengaja, Adel pun melayangkan satu pukulan di lengan pemuda itu. "Ya udah. Kalau gitu Adel nggak mau kembaliin jaket Delon."
Delon tersenyum sinis. "Jaket gue banyak."
Pupil mata Adel membesar. Gadis itu sangat geram seraya mengepalkan kedua tangannya mendengar jawaban santai Delon. Dan seperti biasa. Bagaimana mungkin seorang Adel tega menonjok lelaki pujaannya.
Delon lebih dulu berlalu masuk ke dalam kelasnya. Sementara Adel masih harus berjalan beberapa langkah lagi untuk sampai ke kelasnya.
"Delon nyebelin banget emang! Untung sayang."
Sepanjang perjalanan sampai tiba di dalam kelasnya, tak ada henti-hentinya gadis itu menggerutu. Sampai-sampai menendang tempat sampah dengan sengaja yang memang sudah tersedia di setiap kelas.
"Aduhh!!"
"Tempat sampahnya kasian, Del. Lo tendang gitu," cibir Hirva memerhatikan temannya dengan bertopang dagu.
Adel tidak peduli. Gadis itu berjalan dengan langkah cepat dan segera duduk di bangkunya. Meletakkan tasnya dengan kasar di atas meja hingga sedikit terdengar suara hentakan.
"PMS, Bu?" goda Hirva dengan sengaja.
"Diem Hirva!" Adel menyahut dengan kesal. "Adel nggak lagi PMS. Cuma lagi dateng bulan aja," sambungnya.
Tokk!
"Aw. Sakit Hirva! Iih." Adel mengelus-elus kepala bagian belakangnya yang diketuk lumayan kuat oleh Hirva.
"Bego dipelihara!" cetus Hirva sarkas.
Silka yang baru datang, mendadak bingung dengan keributan yang terjadi oleh kedua temannya.
"Kalian kenapa pagi-pagi udah berantem aja. Kurang asupan?" ucap Silka asal. Gadis itu perlahan berjalan dan duduk di bangkunya yang bersebelahan dengan Hirva.
"Iya. Adel kurang asupan kasih sayang." Adel menyahut
"Dih! Lebay!" Hirva menyalip ucapan Adel.