Kamu menyadarkanku arti rindu yang sesungguhnya. Kini aku percaya, bahwa keajaiban itu memang ada.
Adelon - Ifa Shaffa
Acara ulang tahun SMA Cendana Utama hari ini berjalan dengan lancar. Dan usai acara tersebut, Delon mengajak Adel makan di sebuah kafe.
"Ngapain lo malah liatin gue!" ujar Delon merasa risi karena sejak tadi gadis yang duduk di hadapannya senyum-senyum tak menentu. "Dimakan. Bukan malah liatin gue," protes Delon selanjutnya seraya memasukkan sendok berisi nasi goreng ke dalam mulutnya.
"Lihat Delon makan bikin Adel makin cinta!" ucap Adel tanpa malu-malu.
Delon tidak menggubris ucapan Adel. Delon tetap fokus melumat makanannya seraya pandangannya tertuju ke luar. Karena hujan baru saja datang tanpa diundang. Sepertinya pemuda itu juga sudah mulai terbiasa dengan tingkah aneh gadis itu.
Diam-diam, Adel juga memerhatikan Delon yang tengah fokus menatap dinding transparan kafe yang dibasahi air hujan. Hal itu pun membuat Adel penasaran dan ingin bertanya.
"Delon!"
"Adel!" panggil keduanya bersamaan.
Beberapa saat keheningan terjadi. Tapi hal itu tidak memakan waktu yang lama, karena Adel tersenyum dan kembali membuka suara.
"Delon duluan aja yang ngomong."
Delon menatap manik mata Adel dengan sangat lekat. Pemuda itu belum bersuara. Hingga suara derasnya hujan di luar semakin terdengar.
"Gue mau cerita. Lo mau denger?" papar Delon.
Adel mengangguk. "Mau."
"Gue nggak suka hujan."
"Adel tahu."
"Tahu dari siapa?"
"Reza."
Delon berdecak dan membuang arah sejenak. Lantas kembali menatap gadis itu. "Berarti Reza udah kasih tahu semuanya sama, lo?"
Adel menggeleng. "Belum. Reza cuma bilang kalau Delon nggak suka hujan. Dan karena hujan Ibu Delon meninggal. Itu aja," balas Adel jujur.
"Memang benar. Karena hujan Nyokap gue meninggal."
"Bukankah jodoh, maut, dan rezeki itu udah ada di tangan Tuhan, ya? Kok malah Delon nyalahin hujan," ujar Adel memberi tahu.
Delon membuang napas dengan kasar. "Kalau aja waktu itu nggak hujan. Pasti Nyokap gue sampai sekarang masih ada. Pasti pandangan Mama waktu itu nggak akan kabur dan nggak akan kecelakaan!" ucap Delon pelan tapi penuh dengan penekanan. Delon pun meletakkan sendok dan garpu dengan sedikit kasar ke piring nasi gorengnya. Tiba-tiba saja selera makannya menghilang.
"Maksud Delon? Adel belum ngerti."
"Mama paling anti sama yang namanya petir. Mama pasti langsung kaget dan ketakutan kalau denger suara petir." Delon menjeda ucapannya sebentar sebelum kembali ia lanjutkan. "Sore itu Mama jemput gue les. Kayak biasa. Tapi di tengah jalan tiba-tiba hujan gede. Mama nyetir mobil sendiri karena waktu itu kita emang belum punya sopir pribadi. Sementara Papa masih di kantor. Tiba-tiba suara petir menggelegar dengan hebat dan kilatan petir itu menyambar tepat di depan mobil Mama. Spontan Mama kaget dan pandangan Mama langsung kabur," sambungnya.
"Lalu?"