Kalau kamu berubahnya semakin sayang. Aku, sih, senang. Kalau punya sayap, pasti terbang-terbang.
Adelon - Ifa Shaffa
Seperti yang dijanjikan Delon pada Adel malam tadi, saat ini mereka berdua sudah berada di hadapan gundukan tanah dengan batu nisan di atasnya bertuliskan Tesa Mariska.
Delon maupun Adel sama-sama berjongkok di depan makam ibunya Delon. Pemuda itu mengusap-usap lembut batu nisan bertuliskan nama ibunya.
"Mama apa kabar? Maaf, ya, Delon baru bisa mampir sekarang." Delon berucap lirih namun masih terdengar tegas. "Oh, iya. Ada yang pengen ketemu sama Mama," lanjutnya seraya menoleh ke samping. Tepat Adel berjongkok di sebelahnya.
Adel tersenyum tipis. "Hai. Tante Tesa. Kenalin. Aku Adel, Tante."
"Ma, Adel ini pacarnya Delon. Kalau aja Mama masih ada di sini, pasti Mama seneng banget kalau ketemu Adel. Dia ini lucu. Iya walaupun sedikit ngeselin. Tapi Delon yakin, Mama pasti seneng banget kalau ketemu Adel," ujar Delon lantas sembari melirik kekasihnya. Terlihat jelas di sana, kalau Adel mencebikkan bibir tipisnya karena kesal mendengar ucapan Delon. Tidak dapat dipungkiri, dalam hatinya Adel sangat senang, kalau dirinya diakui pacar oleh Delon di depan makam ibunya.
"Reza, Papa, dan Mama Oky juga seneng banget kalau ketemu Adel. Jadi Delon yakin, pasti Mama juga seneng ketemu Adel," sambungnya.
***
Usai mengunjungi makam ibunya, Delon pun mengajak Adel pergi ke rumah Yunan. Entah untuk apa Adel pun tidak tahu. Gadis itu hanya menurut dan ikut saja ke mana pun diajak kekasihnya pergi.
"Lo kenapa? Kayak gelisah gitu dari tadi."
"Di rumah nggak ada orang Delon," ujar Adel terlihat panik.
"Terus?"
"Iya Adel kira, habis dari makam Tante Tesa, kita langsung pulang. Eh tahunya Delon ajak Adel ke rumah Yunan. Kalau tahu gitu tadi, kan, Adel bisa bawa rumah Adel dulu tadi," papar Adel dengan polosnya.
"Hah? Untuk apa? Emang kuat?" tanya Delon masih tidak mengerti maksud ucapan Adel.
"Iya Adel waspada aja, Delon. Kalau Adel bawa rumah Adel ke tempat Yunan, kan, Adel bisa tenang. Nggak takut kemalingan."
"Emang biasanya kalau nggak ada orang di rumah, rumahnya kemalingan?" tanya Delon yang masih fokus menyetir.
Adel menggeleng.
"Ya udah. Kenapa harus panik juga."
"Delon, kok, nggak marah?" tanya Adel heran. Karena tidak biasanya Delon menjawab santai ucapan yang tidak masuk akal dari Adel.
"Kenapa harus marah?"