Bermimpi untuk dekat dengan seseorang itu tidak salah. Yang salah, ketika kamu takut bermimpi dan enggan mendekati.
Adelon - Ifa Shaffa
"Muka kamu kenapa lagi?"
"Masa sopir angkotnya nolak, sih, waktu Adel bayar pakai kartu debit!" gerutu Adel kesal. Ia menceritakannya pada Delon ketika untuk pertama kalinya Adel berangkat ke sekolah menaiki angkot.
"Iya kamunya juga aneh. Bayar angkot pake debit, kayak nggak pernah naik angkot aja," celetuk Delon seraya menggelengkan kepalanya beberapa kali.
"Emang Adel baru pertama kali naik angkot. Penasaran. Jadi nyoba, deh!" Wajah Adel berubah drastis menjadi girang dengan menampakkan deretan gigi putihnya. "Tapi, ya, Delon. Denger Delon ngomong pakai aku-kamu ucul-ucul gimana, gitu. Jadi gumush," lanjutnya.
"Iyain aja biar kamu seneng," sahut Delon santai.
"Duh, jadi makin sayang." Baru sedetik saja Adel merapatkan tubuhnya ke tubuh Delon, dengan segera Delon menepisnya. Dan itu benar-benar membuat Adel kecewa.
"Ini sekolah, Del."
"Pengen peluuukkk," ucap Adel manja.
Delon berdecak.
"Iya-iya. Berarti kalau di luar sekolah boleh peluk, dong!"
Delon mengembuskan napas berat. "Kebanyakan nonton drakor, nih! Halu-nya luar biasa."
"Hihi. Delon mah pinter."
"Hihi. Delon mah pinter," ujar Delon mengikuti kembali ucapan Adel sembari mencebikkan bibirnya.
***
Jadi sore tadi, Adel mendapat telepon dari Delon. Keluarga Delon meminta Adel beserta mama dan papanya datang ke kediaman rumah Delon untuk makan malam keluarga. Jelas saja Adel sangat senang. Mama dan papa Adel pun sama sekali tidak keberatan dengan undangan makan malam dari orangtuanya Delon. Mereka dengan senang hati menyetujui ajakan tersebut.
"Makasih, loh, Mbak Andini dan Mas Agil. Sudah menyempatkan mau datang ke rumah kami," ucap Oky memulai percakapan di tengah makan malam dua keluarga.
"Iya. Sama-sama, Mbak Oky. Kami juga berterima kasih sekali sudah repot-repot diundang makan malam begini," sahut Andini tak kalah ramah dengan Oky. "Untungnya papanya Adel sedang tidak lembur hari ini. Jadi bisa ikut menyempatkan datang ke sini," sambungnya.
"Alhamdulillah kalau begitu." Oky berujar.
Sementara ketiga pemuda yang juga sedang ikut menikmati makan malam di meja makan, hanya bisa mendengarkan obrolan di antara kedua orangtua mereka. Kurang mengerti juga apa yang sedang mereka bahas. Delon, Reza, dan Adel hanya diam dan sibuk melumat makanan masing-masing di dalam mulutnya.
"Kalian kenapa diam saja dari tadi?" tanya Hilman setelah sadar sejak tadi anak-anaknya dan juga anak dari pasangan Agil dan Andini hanya serius dengan makanannya. Tidak ada yang memulai percakapan di antara mereka bertiga.
"Lanjut aja, Pa. Mumpung baru pertama ketemu." Delon menjawab.
"Iya, Pa. Entar kita ngobrolnya setelah makan. Biar nggak diganggu sama para orangtua," celetuk Reza asal.
"Kalau habis makan, ya, gue ngobrolnya sama Adel aja. Ngapain juga lo ikut. Mau jadi nyamuk," cetus Delon santai seraya memasukkan sesendok nasi ke dalam mulutnya.
"Shit!" umpat Reza kesal.
"Reza! Jaga bicara kamu. Nggak sopan," papar Oky masih dengan nada yang lembut.
"Sori, Ma. Habisnya Delon ngeselin banget." Reza masih kesal.
"Nggak apa-apa, kok. Kalau nanti Reza mau ikut ngobrol sama kita," bela Adel. "Iya, kan, Delon?" lanjut Adel meminta persetujuan dari kekasihnya.
Sementara Delon hanya mengedikkan bahu sekenanya.
"Noh! Si Adel aja nggak keberatan," ucap Reza masih sedikit kesal.
"Maklum, ya, Mbak Andini dan Mas Agil. Delon sama Reza memang sering begitu. Kadang berantem. Nanti tiba-tiba udah baikan aja," jelas Oky yang merasa tidak enak dengan perlakuan kedua anak tirinya.
"Nggak apa-apa, Mbak. Maklum anak muda, ya, begitu." Andini berkata sambil tersenyum manis.
"Apalagi laki-laki," sambung Agil.