Kata pergi, tak selalu berujung dengan patah hati. Bisa saja sebaliknya; bahagia.
Adelon - Ifa Shaffa
Sudah lebih dari satu jam, gadis berambut sebahu itu duduk seraya mengotak-atik benda pipih yang berada di genggamannya. Dengan tas jinjing berwarna pink pupus senada dengan dress selutut yang ia kenakan, dan diletakkan tepat di sebelahnya. Juga koper hitam berstiker flamingo berukuran besar ia letakkan tepat di hadapannya.
"Maaf, Neng Adel. Jadi nunggu lama. Jalanan macet, Neng," ujar Bapak paruh baya yang nampak datang terburu-buru. Beliau segera mengambil alih koper yang berada di hadapan anak majikannya itu. Mungkin sangat merasa bersalah karena sudah membuat anak majikannya itu menunggu terlalu lama.
Gadis berwajah baby face itu tersenyum manis. Sambil berdiri dari duduknya. "Nggak apa-apa, Pak Dudi. Adel juga ngerti, kok. Ayo, Pak! Kita pulang."
Seisi rumah, sudah tahu dengan sikap yang dimiliki oleh Adella Fuzya Piuty, atau yang biasa disapa Adel—putri tunggal dari pasangan Agil Lesmana dan Andini Lorenza. Selain cantik, karena wajahnya yang memang baby face—orang-orang mengira dirinya masih kelas 1 SMP. Padahal saat ini, Adel sudah menginjak bangku SMA. Adel dikenal sangat ramah, baik, dan begitu polos, juga sedikit manja. Tapi jangan salah, meskipun Adel adalah anak tunggal dari pemilik hotel di dalam dan juga di luar negeri, gadis itu bisa dikatakan sangat tangguh dan tidak cengeng.
Dulu, ketika TK sampai dengan SD, Adel bersekolah di Jakarta. Tapi ketika kelas 1 SMP Adel ikut tinggal di Semarang bersama dengan tantenya—Mia. Karena Mia tidak memiliki seorang anak. Sekaligus juga untuk menemani Mia yang baru saja ditinggal pergi oleh suaminya. Tapi nasib berkata lain, ketika Adel duduk di bangku kelas 2 SMA, Mia menyusul suaminya. Mia meninggal karena sakit kanker otak yang sudah lama dideritanya. Itu mengapa, Adel kembali ke Jakarta dan tinggal dengan kedua orangtuanya kembali.
***
"Eh, anak Mama udah dateng," sambut Andini begitu bahagia. Ketika melihat anak semata wayangnya sudah tiba di rumah.
"Mamaaaa.." Adel berlari dan segera memeluk erat Andini. "Kangen banget-nget-nget sama Mama," sambungnya.
"Mama juga, Sayang."
"Papa mana, Ma? Kok nggak keliatan. Nggak kerja, kan? Biasanya Sabtu kan, Papa libur?" tanya Adel sambil melepas pelukannya tadi. Kepalanya celingak-celinguk mencari sosok papanya.
"Papa kamu ada kerjaan mendadak tadi. Makanya berangkat kerja."
Adel mengangguk mengerti.
"Ya udah. Kamu mandi, gih, sana. Setelah itu, kamu makan malam, minum susu, terus istirahat," titah Andini pada putrinya.