Memang benar, tidak ada yang tidak mungkin. Buktinya, sudah lama tak ada temu, dan aku kembali melihatmu.
Adelon - Ifa Shaffa
Sudah tiga hari semenjak gadis itu masuk sebagai siswi di SMA Cendana Utama, dirinya sudah menjadi lirikan banyak murid-murid di SMA Cendana Utama. Bagaimana tidak, parasnya yang cantik, tubuhnya yang mungil, sikapnya yang ramah, membuat mata para pria tidak bisa berhenti untuk menatapnya. Dan jelas banyak wanita yang iri melihatnya.
Meskipun masih dalam kurun waktu tiga hari, Adel sudah bisa akrab dengan semua teman-teman sekelasnya—XI IPA 2. Termasuk Hirva dan Silka. Dua siswi yang duduk tepat di belakang bangkunya. Bahkan, kini mereka bertiga sudah bisa dikatakan menjadi teman dekat. Sementara Adel duduk dengan Bintang—Si Kutu Buku yang sangat pendiam.
"Del, gimana, betah nggak sekolah di sini?" tanya Hirva—Si Tomboy dan paling judes di antara Adel dan Silka. Si kulit sawo matang, rambut yang selalu dikuncir kuda, anaknya juragan minyak goreng, dan gadis itu memiliki kata-kata mutiara yang selalu melekat padanya. "Anti Pacar-pacaran Club." Emang itu kata mutiara? Ah, terserah dia saja.
"Betah, dong. Apalagi Adel di sini ketemu banyak temen yang baik-baiiikk banget," ucap Adel dengan nada khasnya—centil.
"Masa?"
"He'em."
"Serius?"
"Ya iyalah, Va. Perempuan mana, sih, yang nggak mau diseriusin." Adel berucap sembari mengerlingkan matanya berkali-kali.
Membuat Hirva mendengus sebal plus jijik melihatnya. Sementara Silka yang sedari tadi hanya mendengarkan percakapan di antara mereka berdua, kini tersenyum geli dengan tingkah kedua temannya.
"Malah senyum-senyum lo, Sil." Kini Hirva berucap pada Silka.
"Iya habisnya, kalian berdua lucu, sih," kata Silka.
"Seriusan? Lucu? Makasiiihhh. Silka baik banget, deh, bilang Adel lucu." Adel tiba-tiba menyahut.
Mendengar suara centil Adel, nyaris membuat Hirva mendadak pingsan di kantin. Untungnya, Hirva bisa menahan itu semua. Bisa kacau kalau tiba-tiba seorang Hirva pingsan di sekolah. Di kantin lagi.
Lain hal dengan Silka. Gadis berkulit putih, paling nyantuy di antara Adel dan Hirva. Anak dari Kepala Sekolah di SMP-nya dulu—Kesuma Bangsa. Yang saat ini sedang berpacaran dengan berondong—Yunan. Intinya, gadis berambut sepunggung itu tidak menyandang status jomlo seperti kedua temannya—Adel dan Hirva. Yups, Adel jomlo. Buat kalian para lelaki yang ingin mengejar seorang Adel, sepertinya kalian punya peluang yang sangat besar.
Oh iya, kita tadi bahas Silka, kan. Gadis itu hanya mencoba menahan tawanya dengan kecentilan Adel dan kekesalan yang terpancar jelas di raut wajah manis milik Hirva.
Adel tiba-tiba menelan ludah dan meneguk habis minuman yang terletak di meja di hadapannya. Lalu disusul dengan berdeham.
"Kenapa lagi, lo, Del?" tanya Hirva.
"Iya, lo kenapa, Del?" Silka ikut bicara.
"I-itu?" ucapan Adel terputus-putus. Sepasang mata bulatnya pun menerawang lurus ke depan tanpa kedipan sedikit pun.
Karena penasaran, Hirva dan Silka pun mengikuti arah mata ke mana Adel menatap. Hirva dan Silka pun saling pandang dan menghela napas bersamaan.
"Jangan bilang, lo lagi liatin cowok berdada bidang itu dengan tinggi 170 cm yang lagi mesen minuman bersoda," ujar Hirva sambil melirik jalang sosok yang sedang ikut mengantre minuman yang tengah dipesan oleh pemuda yang saat ini sedang mereka bicarakan.
"Kok, Hirva tahu kalau dia lagi mesen minuman soda? Adel aja nggak tahu, Va," ucap Adel dengan polosnya.
"Ya iyalah, Adel. Lo kan anak baru di sekolah ini. Iya kali tahu kesukaannya Delon." Hirva menjelaskan kepada Adel meski sedikit kesal.
"Jadi bener, dia Delon? Kok makin cakep, sih? Iiiihh, jadi mirip Oppa-oppa Korea, deh."
"Bisa nggak, sih, Del. Jangan centil-centil gitu. Biasa aja ngomongnya!" Hirva ngegas.
"Nggak bisa. Udah dari orok Adel ngomongnya gini." Adel berucap jujur.
"Ya udahlah, Va. Lo harus terbiasa. Kan, sekarang Adel juga udah jadi bagian dari kita." Silka mencoba membuat Hirva mengerti.
"Oke-oke." Akhirnya Hirva mengalah. Sejujurnya, sudah lelah juga sejak tadi berucap sedikit sarkas pada teman barunya.
"Oh iya, Del." Silka kembali bersuara. "Tadi lo bilang, Delon makin cakep? Emangnya, lo udah pernah ketemu Delon?" sambungnya.
Adel mengangguk beberapa kali.
"Oh ya? Di mana?" Hirva ikut penasaran.
"Untuk saat ini, Adel belum bisa kasih tahu Hirva sama Silka. Rahasia dulu. Okeh. Biar penasaran."