Apa yang dialami perempuan-perempuan lain saat mencoba mendekati Erza kurang-lebih sama seperti perempuan itu asal kau tahu, hal tersebut terjadi berulang-ulang kek video di aplikasi boomerang.
Namun aku penasaran apakah mereka yang melakukan hal demikian memang sungguh-sungguh ingin mendekati Erza atau mereka punya semacam kelainan dan hanya ingin merasakan sensasi menakutkannya si Elisha saja seperti kasus orang-orang yang suka nonton film horror? Aku tidak tahu apa yang benar.
Kriiiiiiiiiiing (Bel berbunyi)
"Jadi kesimpulannya ... oh, sudah saatnya pulang. Baik, nanti kita lanjutkan lagi pelajaran bab tiga. Sampai ketemu minggu depan dan selamat siang."
"Siang, Pak!"
Semua murid mulai segera beres-beres, memasukkan buku-buku dan alat tulis mereka masing-masing ke dalam tas dan tidak lama setelah itu, kelas cepat sekali kosong ditinggalkan mereka pulang.
Namun aku tidak ikut-ikutan langsung pulang ke rumah bersama mereka, aku giliran piket hari ini. Jadi selesai membereskan buku-buku pelajaran itu, aku pergi ke belakang kelas, mengambil sapu dan pengki lalu mulai bersih-bersih ruang kelas bersama teman-teman piket yang lain, yang sekarang sudah mulai mengerjakan hal tersebut.
"..."
Kupikir aku tidak harus terburu-buru mendekati Erza seperti yang mereka lakukan di ceritaku tadi, sebab di sana ada Elisha. Sedangkan perempuan-perempuan yang secara bergantian melakukan pendekatan terhadap Erza, yang terlihat mengkhawatirkan tersebut, tidak perlu kutanggapi terlalu jauh sampai bisa dibilang mengkhawatirkan, karena mereka barangkali memikirkan hal yang sama, mereka juga turut mengandalkan Elisha tanpa mereka sadari atau mereka sadari.
Sebab tidak ada dari mereka yang mampu mendekati Erza kurang dari 10 langkah asal kau tahu. Rekor paling anyar, yang baru mereka bisa peroleh adalah dua kali lipat dari yang kubicarakan barusan. Belum ada yang mampu melampaui pencapaian tersebut, sebab Elisha nyaris selalu ada di dekat Erza, di setiap waktu dan di segala tempat.
Itupun kalau kalian ingin tahu sekali kenapa angkanya jadi bisa sampai mendekati seperti itu dan bagaimana kalau perempuan di kelas Erza. Kamu bisa bayangkan sendiri posisi duduk para perempuan di kelas Erza agar mempunyai jarak 10 langkah x 2 dari tempat duduknya Erza. Itu dapat menjawab dua pertanyaan tadi.
Selain Elisha, para perempuan itu juga kadang terkendala masalah internal dalam diri mereka sendiri ketika melakukan operasi pendekatan, yang menyebabkan keberanian mereka terkuras, dimakan oleh sifat pemalu atau perasaan negatif lainnya yang membuat mereka menarik kembali niat tersebut. Jadi tidak ada yang perlu ditakutkan ada yang mencolong Erza lebih dahulu dariku.
Namun tetap saja, semakin aku berpikiran positif dan santai seperti itu, rasa khawatir dalam diriku ini semakin memaksa dan menyuruhku untuk melakukan suatu hal.
Aku lalu berjalan keluar dari ruang kelas untuk memasukkan gumpalan kertas-kertas dan bungkus makanan yang ku kumpulkan di pengki ke tempat sampah di depan.
Kenapa dia masih ada di sini?
Waktu aku menjatuhkan kumpulan kertas dari pengki ke tempat sampah lalu melihat sekeliling, aku tidak sengaja mendapati teman kelasku yang baru saja kukomentari tadi, yang tempat duduknya paling depan itu, tengah menyandarkan badannya pada salah satu tiang koridor sekolah.
Sesekali ia mendongak, memandang jauh ke suatu arah, lalu pandangannya turun, kembali ke layar ponsel yang tengah ia genggam dan jarinya terlihat mengusap-ngusap layar ponsel tersebut dengan cepat.
Lantas aku lalu memperhatikan keadaan di sekelilingku, dan tidak lama kemudian aku lalu menyadari kalau di kiri dan kananku, siswi-siswi lainnya juga melakukan hal yang sama seperti yang temanku ini perbuat. Malah ada yang sampai membungkukkan badan segala, berlindung di belakang tanaman lebat di depan kelas.
Itu artinya ....
Aku segera mendekati temanku yang bersandar di tiang tadi dengan berjalan menunduk dan segera mencari tahu siapa perempuan yang melakukan operasi pendekatan kali ini, dengan alat-alat kebersihan seperti sapu dan pengki masih kubawa-bawa dia kedua tangan.