Kulihat sekilas di ponselnya tersebut, bermunculan banyak sekali gambar yang menunjukkan Elisha sedang keluar dari suatu ruangan. Perpustakaan?
Cepat Elisha!?
Lalu aku kembali melihat ke arah Erza dan perempuan tadi.
"..."
Seandainya lagi perempuan itu adalah aku, aku akan mengantisipasi segala kemungkinan yang ada, yang akan menggangu operasi pendekatanku. Seperti menyiapkan tim khusus yang ditugaskan spesial untuk melakukan pencegahan atau penguluran waktu terhadap Elisha.
Dan kupikir perempuan ini tidak melakukannya sama sekali.
"Itu Elisha!" Seru temanku, cepat sambil menunjuk ke kejauhan.
Kami sudah bisa melihat apa itu? Batang hidung beserta wajah datar tanpa emosi-nya Elisha sekarang. Dia tinggal beberapa langkah lagi lalu berbelok, untuk menjejakkan kakinya di lorong yang sama dengan Erza serta perempuan tadi berdiri. Kalau Elisha sudah berada di sana dan melihat apa yang sedang terjadi pada ujung lorong satunya, selesai sudah bagi si perempuan.
"Apa lagi yang dia tunggu?!"
Mendadak terdengar sesuatu dari bangku penonton yang berada agak jauh di sebelah kiri kami berdua.
Aku sama temanku kemudian menoleh ke sana, terus kami dapati ada dua orang siswi perempuan di tempat tersebut.
Teman yang ada di samping siswi yang sepertinya adalah yang mengatakan sesuatu yang agak minoritas tadi, menyadari kami melihat ke arah mereka berdua, terus dia segera menenangkan teman dia di sampingnya itu, yang saat ini masih komat-kamit berbicara dengan nada dongkol, sambil berkali-kali menyuruh dia untuk diam dengan menaruh jari telunjuk di bibir lalu kemudian seluruh telapak tangannya ia kerahkan semua, menutupi mulut temannya itu sambil berucap "sssh-sshh!"