Kami akhirnya sampai ke dalam area sekolah. Tampak di sini para orang tua dan calon peserta didik banyak yang tengah mengisi sebuah kertas formulir pendaftaran pada meja yang terbuat dari semen yang menempel di pepohonan sekolah dekat lapangan basket dan tempat-tempat lainnya di area sekolah yang memiliki permukaan yang lebih rata untuk memudahkan mereka menulis.
Para orang tua dan anak-anak mereka juga ada yang pergi ke dalam ruang kelas-kelas, di jendela kelas-kelas tersebut, ditempel kertas bertuliskan loket nomor sekian serta jurusannya. Dan di dalam kelas, kulihat sudah ada beberapa petugas yang menjaga dan mereka yang sedang mendaftar.
Bibi bilang padaku, bisa jadi pemeriksaan kelengkapan berkas pendaftaran ada di salah satu kelas itu.
Bibi, aku dan orang-orang tua calon siswa/siswi lain kemudian melihat papan informasi yang menerangkan alur pendaftaraan penerimaan peserta didik baru yang di taruh di halaman sekolah.
Ada total tujuh loket yang dimulai dari angka 1 sampai 7 yang mewakili masing-masing jurusan. Jurusan TKJ (Teknik Komputer dan Jaringan) ada di loket satu, jurusan Akuntansi di loket tiga, jurusan Administrasi Perkantoran di loket empat, jurusan Pemasaran di loket lima, jurusan Farmasi di loket enam, jurusan Tata Busana di loket tujuh.
Dan, ya, angka yang kulewati adalah untuk jurusan Multimedia. Loket nomor dua.
Bibi dan aku menunggu giliran di loket tersebut, di luar ruang kelas lebih tepatnya, dan berdiri.
Ada satu loket lagi yang tidak diberi nomor di sebelah tulisan loket nomor satu. Di situ hanya tertulis "Jalur Khusus" saja.
Digabung?
Ketika aku mendekat ke jendela kelasnya, melihat ke dalam ruang kelas loket satu yang digabung tersebut, meja "jalur khusus" tadi, orang yang berdiri berderet, menunggu untuk dilayani tidak sebanyak seperti loket-loket yang lain.
"..."
Tidak lama setelah itu, antrean loket dua jurusan multimedia terus berkurang dan berkurang, dan kemudian, giliran aku sama bibi menyerahkan map kertas berwarna biru kepada petugas di loket tersebut. Petugas itu menerima kemudian mulai membuka map itu, memeriksa kelengkapan berkas di dalam, lembar demi lembar.
Petugas yang menjaga loket tersebut adalah wanita dan sepertinya ini tidak akan berjalan dengan mulus.
Kata ibu, bibi lumayan panikan kalau berbicara dengan wanita yang lebih tua dari dia. Tapi kuharap yang satu ini berjalan lancar-lancar saja. Ibu tersebut usianya kira-kira berada pada akhir empat puluhan.
"Sekolah asal anak ini dari luar daerah. Apa ada surat rekomendasinya?"
"Eh? I-Iya, bu. Di sana sudah ada."
Ah, ternyata benar. Padahal paras ibu ini tidak menyeramkan atau bibi adalah cenayang yang punya kekuatan melihat wajah sebenarnya dari riasan wajah yang menutupi muka ibu ini? Make-up beliau terlihat cukup tebal sih.
Petugas wanita tadi kemudian menemukan surat yang ia cari. "Oh ini." Lalu dia lanjut memeriksa kelengkapan berkas yang lain. "Kartu pendaftarannya?" Tanya ibu itu lagi.