Adiknja

Willa Ahma
Chapter #26

Jawaban Di Hati & Jawaban Mulut

Para pendaftar yang berbarengan denganku kulihat ada empat orang, tambah aku jadi lima. Dan dari lima orang tersebut hanya aku dan satu perempuan lainnya yang perempuan.

Aku bersengaja menjadi orang yang masuk paling terakhir setelah keempat dari mereka masuk semua ke dalam lab saking berhati-hatinya aku saat ini. Dan suasana di dalam ruangan nyaris sama seperti yang aku khawatirkan.

Para pewawancaranya itu ada lima dan kelimanya tersebut adalah laki-laki semua. Dan mereka kelihatan ... menikmati pekerjaan mereka. 

Wajah-wajah para pewawancara itu rata-rata membuatku gugup. Aura yang mereka keluarkan agak bagaimana begitu, apalagi pendingin udara di dalam sini sedang dinyalakan, jadi tambah lumayan mencekam keadaan di dalam sini.

Aku tidak tahu ini sifat bawaan lahir mereka atau karena ini sudah berada di nomor ratusan jadi mereka terlihat seperti itu.

"..."

Teguk ....

Wah, itu nyaring sekali.

(Aku menolah ke laki-laki di sebelah karena ia tadi meneguk air liur sampai kedengaran olehku).

Laki-laki yang berada di sampingku ini, perasaan gugup dia terlihat begitu nampak. Dan aku sekarang sudah berulang-ulang melihat anggota tubuhnya mengkhianati dia sendiri dengan beberapa kali membuka lalu mengepalkan tangannya.

Para pendaftar lainnya barangkali mengalami hal itu juga, tapi tidak kelihatan jelas dari sini karena tertutup badan besar laki-laki yang gugup di sebelahku tadi.

Ya, kami sekarang masih belum duduk di tempat duduk di sana dan kami kompak berdirian di pinggir ruangan menunggu dipanggil, sebab pewawancara-pewawancara itu, mereka masih terlihat sibuk mengurusi berkas-berkas di atas meja mereka masing-masing.

"Ahh, kalian silakan duduk duluk." Kata salah satu laki-laki dengan setelan putih-hitam yang memakai tag nama di leher, menghampiri dan menegur kami.

"Ah!? Mmm ... d-di mana, ya kak?" Tanyaku gemetar, mewakili kami berlima.

"Yang mana saja boleh." Jawab staf laki-laki tersebut.

Akupun kemudian cepat-cepat mencari pewawancara yang aku yakini paling tidak menyeramkan di antara mereka dan aku sudah mendapatkan itu terus aku segera ke tempat duduk tersebut untuk diwawancarai.

Namun ketika aku berjalan cepat ke sana, aku bertabrakan dengan para pendaftar lain, yang ternyata mereka juga memilih pewawancara yang ada di tengah. Akibatnya salah satu dari kami ada yang terjatuh.

Petugas yang menegur kami tadi menegur kami lagi untuk hati-hati. Lalu kami diminta untuk duduk dan mulai untuk diwawancarai.

Aku bermaksud hendak duduk di tengah, namun tempat duduk itu cepat ditempati oleh seorang perempuan dan dia terlihat tidak mau pergi dari sana, aku dan yang lainnya pun mengalah kemudian menyebar ke pewawancara lain, duduk, memberikan berkas masing-masing ke pewawancara lalu mulai diwawancarai.

Lihat selengkapnya