Adiwira: Lahirnya Kesatria Pelindung Bumi

Jun Prakoso
Chapter #2

Bab 2: Tamu dari Bintang Lain

Benda itu semakin besar, semakin besar, dan lebih besar lagi. Dan tahu-tahu sudah ada 45 derajat di atas kepalanya, sekitar 10 meter di atas tanah. Benda itu berbentuk seperti dua piring yang saling tumpang tindih: Piring yang di bawah ditutup piring di atasnya secara terbalik.

Garis tengah benda terbang itu sekitar 20 meter dengan tinggi sekitar 12 meter atau setara 3 lantai gedung bertingkat.

Cahaya birunya kini semakin terang. Lumayan menyilaukan, sampai-sampai Primus menyipitkan matanya sambil menutupinya dengan tangannya untuk mengurangi cahaya yang gencar itu.

Dia begitu terkesima menyaksikan fenomena luar biasa itu. Jantungnya berdegup cepat. Dia takut, sekaligus penasaran. Hanya saja dia tidak dapat memutuskan, apakah bertahan di posisinya atau lari. Namun, karena keberanian dan keingintahuannya jauh lebih besar, dia tetap menanti apa yang terjadi berikutnya.

Benda terbang itu berdengung pelan, dan mengambang dengan stabil 1 meter di atas tanah, dengan jarak sekitar 20 meter dari posisi Primus berdiri. 

Dari bagian lambung pesawat asing itu terlihat sebuah pintu terbuka. Cahaya terang memancar dari dalam kabin.

Cahaya lain berbentuk persegi panjang tipis menjulur dari dasar pintu ibarat karpet yang digelar secara perlahan, dan menyentuh permukaan tanah.

Sosok tubuh yang menyerupai seorang pria yang tinggi besar berdiri di ujung pintu. Dengan posisi tegak, secara perlahan badannya meluncur di atas cahaya putih itu sampai ke ujung satunya yang menapak tanah.

Penampilannya seperti manusia ras kaukasoid. Hanya saja rambutnya pirang keemasan dan panjang terurai sampai ke bahu, matanya hijau, kulitnya lebih pucat. Badannya yang 15 cm lebih tinggi daripada Primus membuat Primus yang tinggi besar terlihat pendek.

Makhluk asing ini mengenakan pakaian berwarna perak metalik yang bagian atasnya menyatu dengan bagian celananya. Dia mengenakan semacam ikat pinggang, tapi posisinya bukan di pinggang, melainkan di antara perut dan dada.

Berusaha tenang, Primus bergeming ketika makhluk itu mendekat.

Makhluk itu mengangkat tangan kanannya dan membuka tapaknya setinggi kupingnya sambil tersenyum. Mulutnya tidak berkata-kata, tetapi Primus mendengar suara mental yang menggema di kepalanya.

"Salam Primus. Saya Akon. Kami berasal dari gugus bintang yang kalian sebut Pleiades. Kami ingin berkenalan lebih dekat denganmu...."

Primus terperanjat heran, bagaimana mungkin makhluk asing itu mengenal namanya. Dia tidak mengerti di mana itu Pleiades. Astronomi bukan bidangnya. Di akademi tentara, dia hanya belajar ilmu navigasi memanfaatkan bintang untuk keperluan tempur. Sebatas itu.

Makhluk asing yang bernama Akon itu membaca pikiran Primus dan mengirimkan jawaban secara telepati. "Kami sudah mengamatimu sejak lama. Kamu manusia Bumi yang istimewa."

"Kenapa? Kalian mau apa dari saya?" tanya Primus bersuara. Naluri tentaranya membuatnya waspada begitu mengetahui gerak-geriknya diamati. Entah sejak kapan.

Lihat selengkapnya