Mereka melanjutkan santapan mereka ketika televisi yang dipasang digantung di tengah ruangan di langit-langit menyiarkan sekilas berita.
"Hari ini, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional atau LAPAN, mengumumkan penemuan objek angkasa misterius di orbit antara Bumi dan Bulan. Para ilmuwan di LAPAN tengah menganalisis data yang mereka kumpulkan untuk menentukan asal-usul dan sifat objek itu," ujar pembaca berita.
Siaran berita itu kemudian menampilkan rekaman wawancara dengan Doktor Aditya, seorang astronom terkemuka.
"Doktor Aditya, bisa berikan gambaran tentang hasil analisis awal Anda?" tanya wartawan.
"Berdasarkan analisis awal kami, lintasan objek ini berbeda dengan lintasan objek angkasa alami sebagaimana layaknya asteroid atau komet. Kami menemukan perubahan kecepatan dan arahnya tidak dapat dijelaskan hanya dengan pengaruh gravitasi...." jelas Doktor Aditya.
Dia menarik napas sejenak, lantas mengatur kata-katanya dengan hati-hati. "Kami akan terus memantau dan menganalisis perilakunya untuk memastikan sifat sebenarnya untuk mendapatkan pemahaman yang lebih jelas…."
Siaran berita berganti menjadi tayangan hiburan.
Aldi yang menatap dengan mata yang terbelak ke arah televisi langsung bereaksi. "Bang Primus, ini menarik sekali. Kalau lintasannya nggak alami, bisa jadi itu artifisial."
"Maksudmu?" tanya Primus mengernyitkan wajah. Dia mengalihkan perhatian dari televisi kembali ke santapannya sambil menatap Aldi, menunggu penjelasan.
"Maksudku, mungkin itu objek buatan, bukan oleh manusia, tapi makhluk cerdas dari planet lain," kata Aldi bergairah dengan wajah yang berbinar-binar.
"Maksudmu alien?"
Aldi tidak langsung menjawab. Dia berpikir sejenak untuk memberikan latar belakang ilmiah agar tidak dianggap mengkhayal.
"Objek angkasa alami seperti asteroid dan komet, biasanya memiliki lintasan yang bisa diperkirakan berdasarkan hukum gerakan langit. Lintasan ini berbentuk elips, terjadi karena tarikan gravitasi matahari yang sangat kuat dan gaya gravitasi benda-benda langit lainnya,” jelas Aldi. “Gaya gravitasi matahari adalah yang terkuat, sehingga mampu menjadi pusat yang mempertahankan kedudukan setiap planet agar tetap berada di lintasannya.”
Aldi kemudian menyendokkan nasi ke mulutnya.
"Kecepatan objek angkasa alami juga dipengaruhi gaya gravitasi dengan benda-benda langit lainnya,” lanjutnya setelah mengunyahnya. “Sebagai contoh, planet yang mendekati matahari akan bergerak semakin cepat karena tarikan gravitasi matahari, dan melambat saat menjauh. Begitu pula asteroid; dapat bergerak semakin cepat atau melambat saat mendekati Bumi.
“Perubahan kecepatan ini bisa diperkirakan hukum fisika,” katanya. “Tapi, objek buatan manusia – atau mungkin teknologi alien – misalnya satelit, wahana antariksa, atau stasiun luar angkasa, lintasan dan kecepatannya tidak bisa sepenuhnya dipastikan hukum fisika, karena memilki sistem pendorong sendiri yang mampu mengubah arah dan kecepatan.”
Aldi meneguk segelas air minum sejenak untuk melancarkan makanan di kerongokongan.
"Maka itu kalau ada objek angkasa bergerak tidak sesuai hukum fisika, bisa jadi itu benda buatan. Apalagi jika tidak dikenal, mungkin saja itu berasal dari peradaban cerdas di luar sana," lanjutnya.
Primus mendengarkan penjelasan Aldi dengan sungguh-sungguh sambil menikmati santapannya.
"Jadi, kamu percaya ada makhluk seperti manusia di luar Bumi, Al?" tanya Primus mengejar, setelah diam beberapa saat.
Aldi berpikir sejenak sebelum menjawab. Sekali lagi dia berusaha mencari penalaran yang masuk akal, supaya Primus menerima.
"Jagat raya itu luas sekali, Bang Primus,” lanjut Aldi. “Berdasarkan perhitungan ilmiah, diperkirakan ada 100 sampai 200 miliar galaksi dalam alam semesta yang bisa diamati manusia. Pada setiap galaksi terdapat ratusan miliar bintang, dan sebagian besar di antaranya memiliki sistem planet seperti tata surya kita."