“Bermimpilah setinggi langit, jika engkau jatuh, kau akan jatuh di antara bintang-bintang” sejak membaca kata-kata bijak dari Presiden RI pertama itu, gue jadi antusias menjalani kehidupan. Gue punya mimpi, gue yakin gue akan sukses di masa depan. Selain kata-kata tersebut, ada juga kata-kata bijak dari tokoh lain yang gue sukai yakni kata-kata dari rival Bung Karno, kalau tidak salah begini kata-katanya, “Idealisme adalah kemewahan terakhir yang hanya dimiliki oleh pemuda” pencetus kata-kata itu ialah Tan Malaka.
Gue suka mengonsumsi kata-kata bijak, kata-kata mutiara dari tokoh dalam dan luar negeri, hingga akhirnya karena kebanyakan mengonsumsi kata-kata itu gue jadi orang yang selalu ‘positive thinking’ gue selalu yakin bahwa semua akan baik-baik saja. Ya, semua akan baik-baik saja. Masa depan bukanlah sesuatu yang menakutkan bagi gue.
Positive thinking membuat gue selalu yakin bahwa di hari depan, gue pasti bisa menggapai apa yang gue cita-citakan. Keyakinan itu membuat gue selalu tenang, dan ketenangan itu membuat gue berleha-leha dalam menjalani masa remaja gue.
Selain tokoh-tokoh populer pencetus kata-kata bijak, stigma temen-temen tongkrongan juga kerap kali mendistraksi otak gue. Gue terobsesi dengan kalimat, “Orang-orang yang sukses itu biasanya orang-orang yang dulunya nakal. Nakal aja dulu, baru sukses!” kalimat ini sungguh sukses menjadi kalimat pembenaran dari sifat-sifat negatif gue. Jadi, kalo misalkan gue mau bolos sekolah, pas mau manjat gerbang, hati nurani gue selalu bilang, “Jangan, ini gak bener!” tapi tiba-tiba aja gue selalu inget kata-kata itu, “Orang-orang yang sukses adalah orang-orang yang dulunya nakal. Nakal aja dulu, barus sukses!” dan melompatlah gue keluar gerbang tanpa perasaan berdosa.