Adopsi Cinta

SyerrilAuztin
Chapter #2

Kehidupan Baru

Aku membuka pintu, dan masuk kamar tidur yang telah dihias sedemikian cantik serta elegan. Lampu kamar pengantin terasa lain, menciptakan suasana yang seharusnya romantis seperti film.

Akan tetapi, ini realita, kenyataan yang jauh dari drama cinta. Reyhan tidak berada di sampingku, melainkan sibuk sendiri bercengkrama dengan teman-temannya di teras rumah sana. Suara tawa mereka sesekali terdengar hingga kamarku. Sangat berisik.

Karena tidak bisa tidur dan gabut, aku memutuskan video call dengan teman. Sebut saja Bestie rasa musuh bebuyutan.

"Eh, ngomong-ngomong ini beneran malam pertama kamu, ya?" Rere langsung mengarang bebas tanpa disuruh, kemudian tertawa ngakak sampai puas.

Aku berdecak kesal menatap layar ponsel. "Iya, malam pertama tidur ganti lampu!"

"Ciyee, gimana, udah unboxing belum?"

"Unboxing apaan? Iya Belumlah. Tuh, Reyhan lagi ngobrol sama temen-temennya di teras."

"Duh, kasian banget. Malam pertama diabaikan sama cogan. Malah ditemani sound horeg!"

Kamvret memang manusia satu ini!

"Lagian, kamu kan udah dapet emas 50 gram emas, Din! Bisa itu aja dijual, udah cukup buat beli tiket liburan ke Swiss!” lanjut Rere membuatku semakin Ilfeel.

“Kamu ini! Dasar otak duit!"

“Terus, apa bedanya kamu yang nikah cuma demi balik modal. Eh, tapi, tapi, serius kamu nggak nyesel nikah kontrak?” 

Aku terdiam sejenak, memikirkan pertanyaan Rere. “Nggak tahu. Mungkin sedikit, tapi kan balik modal.”

“Dinda somplak!"

Persis kayak penulisnya.

Aku mengakhiri video call, meletakkan ponsel di nakas. Menatap langit-langit kamar, dan merasakan kekecewaan yang pokoknya campur aduk entah rasanya.

Malam pertama yang seharusnya romantis bagi pasangan lain, berubah jadi menyebalkan untukku. Tidak bisa tidur hingga menjelang pagi, berakibat pening. Benar-benar suasana jauh dari ekspektasi.

 ***

“Jadi, sekarang malam pertama kita, kan, Din?”

Di malam kedua pernikahan, Reyhan memulai percakapan. Dengan intonasi sok akrab tentu saja.

“Rasanya seperti rapat pemegang saham yang membosankan, ya,” lanjutnya.

Aku tersenyum canggung, melihat Reyhan sekilas sebelum kembali fokus pada laptop. "Bukannya perjanjian pra-nikah seperti itu?"

Lihat selengkapnya