Adopsi Cinta

SyerrilAuztin
Chapter #3

Rahasia Mama

"Tapi, Rey," Mama mertua membalas, kalimatnya penuh penekanan, "prioritas seorang wanita tetap keluarga, kalau sudah menikah.

Bagaimana Dinda bisa membagi waktu antara karir dan mengurus rumah tangga? Siapa yang akan mengurus kebutuhanmu sebagai suami, kalau Dinda sibuk bekerja?"

Pertanyaan itu semakin menusuk tepat ke titik rapuhku. Aku memang salah karena sering kali pulang larut, dan kurang ada waktu untuk Reyhan me time. Namun, aku juga tidak ingin menyerah pada karir yang terlanjur sampai di titik ini. 

Aku ingin Mama tahu bahwa seorang wanita bisa sukses dalam karir, meskipun telah menjadi istri. Cuma bagaimana caraku menjelaskan semua ini tanpa membuat Mama mertua sakit hati?

"Ma," kataku pelan, berusaha mencari kata-kata yang tepat, "Dinda mengerti kekhawatiran Mama. Memang, membagi waktu antara karir dan keluarga nggak mudah. Tapi, percaya, Ma. Dinda pasti berusaha semaksimal mungkin untuk mengatur waktu dengan baik."

"Saya juga tidak bekerja untuk diri sendiri, Ma," lanjutku. "Saya kerja untuk membantu Reyhan membuka usaha sampingan. Iya kan, Rey?"

Reyhan langsung mengangguk membenarkan, sambil memaksakan tersenyum.

Mama mertua menghela napas, mungkin serba tidak enak juga bicara banyak-banyak.

"Saya bukannya ingin membantah, Ma," kataku lagi, "tapi, saya harap Mama bisa mengerti. Saya janji akan selalu memprioritaskan keluarga."

Reyhan kemudian merangkul pundakku. "Mama doakan supaya usaha Reyhan cepat sukses. Supaya menantu Mama yang cantik ini bisa jadi anak rumahan."

"Baiklah, Dinda, Reyhan. Mama bisa mengerti. Yang penting kalian tetap memerhatikan kesehatan, dan tidak terlalu membebani diri sendiri dengan banyak pikiran."

Meskipun belum sepenuhnya setuju, reaksi Mama jauh lebih lunak. Itu sudah cukup bagiku. Aku tahu, perjalanan masih panjang, tapi setidaknya, obrolan kami ini telah membuka jalan untuk saling mengerti satu sama lain.

"Dinda, Mama sebenarnya sangat khawatir sama kamu. Mama tidak ingin kamu mengulangi kesalahan yang fatal seperti Mama dulu."

"Kesalahan fatal? Maksud mama?" Aku menjadi penasaran.

"Dulu, Mama juga wanita karir seperti kamu. Mama bekerja siang malam, menghabiskan waktu dengan pekerjaan kantor, tidak peduli sedang sakit.

Setelah menikah pun, Mama tetap keras kepala bekerja. Bahkan, saat hamil, masih memaksakan diri bolak-balik dinas ke luar kota.

Mama ingat, betapa lelahnya saat itu ..." Mata mama mulai mengembun. "Sampai akhirnya Mama keguguran. Kehilangan calon kakaknya Reyhan, dan dinyatakan tidak bisa hamil. Butuh waktu lama serta usaha keras setelah itu, untuk bisa hamil lagi, dan memiliki Reyhan."

Lihat selengkapnya