Lukas membawaku menyusuri koridor lain setelah berbelok beberapa kali. Kini deretan pintu yang memenuhi koridor bukan barisan pintu kecil, tapi yang besar.
"Di mana nih?"
Lukas terdiam. Kami berhenti di depan pintu dengan pelat emas bertuliskan "Awan". Dia mendorong pintunya perlahan, seperti tidak ingin mengganggu penghuni kamar ini. Ruangan di dalam luas, dipenuhi aroma lembut yang menenangkan. Hampir mirip bau selimut bayi. Angin yang menerpa membuatku berhenti di depan AC dan melebarkan kedua tangan, menikmati udara sejuk yang disediakan.
"Lo jangan harap gue bakal ikutan pose Titanic."
"Ish! Ganggu orang aja–" Aku terlambat menutup mulutku.
"Sori," bisikku, meringis.
Lukas hanya terkekeh pelan sebelum berbalik ke tempat tidur. Aku hanya bisa melihat kulit putih dan rambut hitam gelap yang dielusnya.
Setelah mendekat, hatiku berdetak berat. Mataku mulai menyusuri selang infus di tangannya dan selang napas yang terpasang. Kini hanya bunyi monitor yang mengisi ruang ini.
"Kenalin, Lily. Kakak gue," ujar Lukas pelan, menjauhkan rambut yang jatuh menutupi mata Lily. "Dia tertidur lelap."
Sesuatu berbisik padaku bahwa dia sudah lama “tertidur”. Aku mulai merasa risih. Aku seharusnya tidak berada di sini, tapi kenapa dia menyeretku dan mengenalkan kakaknya padaku? Ini kan topik yang sensitif...
"Kenapa... lo bawa gue ke sini?"
Mata Lukas terlihat kosong saat berpautan dengan manikku. Sesaat aku berpikir kalau dia tidak akan menjawabku, tapi di luar dugaan balasannya datang dengan cepat.
"Muka lo."
"Muka gue kenapa?" Aku refleks menyentuh pipiku.
"Menyedihkan," ujarnya datar.
Aku mengangkat satu alis, menantangnya untuk mengatakan itu lagi.
"Daripada lo murung soal papa lo, mending lo kenalan aja sama Lily."
Jangan-jangan dia pikir Papa berada dalam situasi yang sama dengan Lily? Jangan-jangan dia kasihan sama aku dan berusaha menghiburku? Bukannya yang perlu dihibur itu dia?
"Kalian lumayan mirip."
Aku memberanikan diri bertanya, "... Mirip apanya?"
"Suka dance di waktu yang gak diduga."
Aku jadi teringat waktu di mana aku dance bareng Yuna di koridor. Dance kecil-kecil, sih.
"Yuna juga kok."
Dia hanya menaikkan alisnya menantang. "Sama-sama bodoh."
"Eh, bodoh apaan? Gue termasuk murid pintar, nih," dengkusku.
"Gampang dibodohin," ujarnya. "Lo gak tau Bintang. Lo baru datang udah masuk sarang singa. Bodoh gak?"
"Kalo tentang perumpamaan itu sih bodoh, tapi bukannya lo sama aja?" tantangku.
Lukas tersenyum pahit, "Gue gak seperti cowok lo yang mainin apa aja yang dia mau."
Aku rasa bukan cuma benda mati yang dia maksud, tapi juga manusia. Kalau itu aku paham. Bintang memang Raja Manipulasi.
"Jadi lo sering nemanin Lily, nih?" tanyaku, menoleh ke Lily.
Lukas mengangkat bahu sebelum merebahkan dirinya di sofa terdekat.
"Gue juga gak ada kerjaan di rumah."
"Makanya, kerjain tuh PR lo." Aku membuang muka, tidak mau melihat muka ganas Lukas.
"Orang tua lu juga sering besuk kakak lo?"
"Mereka kan nyari uang buat Lily, jadi gak lah. Tapi mereka emang jenguk sekali sebulan." ujar Lukas tanpa ragu.
"Jadi lo di rumah ngapain aja?"
Lukas diam.
"Gak ngapa-ngapain. Lo?"
"Eh... gue kan ada PR gue," balasku santai sambil memasang muka bangga.
"Dasar kutu buku," katanya pelan. "Terus, buat fun lo ngapain aja?"
"Push rank."
Matanya terbuka, "Lo main Mobile Le–"
Aku mendesah, "Keluarin HP lu."
Beberapa saat kemudian, kami berada dalam sebuah match.
"Maniac!"
Aku menangkapnya melirikku sebelum fokus kembali.
"Savage!"
"You have been slain."
Aku dan Lukas saling bertatapan. Tak lama kemudian, aku tersenyum.
"You have been slain." Senyumku langsung jatuh.
"Pfft." Kini giliran Lukas yang menahan tawa.
"Biarin, udah mau menang juga. Serahin aja ama si Alucard."
"Kok gue gak pernah liat lo main? Padahal rank lo hampir mythic," kata Lukas.
"Gue cuma main buat ngalahin..." dehamku, "sepupu gue. Dia kurang ajar banget."
"Hm." Cuma sampai situ pertanyaannya.
Aku tanpa sengaja melihat Lily lagi dan meringis.
"Lo gak ngerasa kalo Kakak lu tuh... topik yang sensitif?" gumamku, melirik dia.
"Nggak tuh. Bentar juga dia bakal bangun," ujarnya.
"Oh. Udah berapa lama dia tidur?"