Cabai merah kalah pedasnya dengan ketikan netizen.
“Kawin lagi, tuh. Pura-pura hilang padahal lagi asyik dengan yang baru.”
“Laki hilang tidak usah dicari, Kak. Suami Kakak itu kabur, bukan hilang.”
“Apa karena terlalu dikekang, makanya dia lari?”
Rindu menutup layar yang menampilkan aplikasi media sosial yang barusan dibacanya. Ia menghela napas berat usai membaca sebagian besar komentar. Tidak ada informasi baru. Sepertinya sia-sia mencari melalui media sosial.
Selain komentar yang isinya mendoakan agar Rindu cepat menemukan suaminya, komentar ‘up’, dan komentar promosi yang tidak pada tempatnya; komentar negatif menjadi salah satu jenis tanggapan atas pencarian Rindu. Jenis komentar yang terakhir ini selain mengganggu, juga tidak bermanfaat. Seandainya Rindu punya waktu, barangkali ia sudah melaporkan komentar-komentar negatif tersebut sebagai perudungan.
Akan tetapi, Rindu tak punya waktu untuk itu. Sebab, selain ia sibuk mencari suaminya yang hilang, Rindu juga sibuk mencari nafkah. Urusan suami hilang tak lantas membuatnya mendapatkan izin untuk tidak masuk kantor demi menenangkan diri.
Sore itu, Rindu baru saja pulang dari kantor yang berjarak setengah jam perjalanan dari rumah sederhananya. Begitu ia memasuki ruang keluarga, pemandangan yang menyambutnya adalah pigura besar berisi foto pernikahan Rindu dengan Ridwan, pria yang menjadi suaminya hingga kini.
Foto itu sudah sepuluh tahun tergantung di tempat yang sama. Senyuman di wajah mereka berdua menunjukkan betapa bahagianya Rindu dan Ridwan kala itu.
Rindu kembali menghela napas berat. Ia membuka pintu kamarnya, lalu tersenyum melihat ‘kekacauan’ yang ada di sana. Buah karya Ridwan, suaminya yang genius tapi hidupnya santai.
Ridwan memang memiliki berbagai macam ide aneh untuk mempermudah hidupnya. Mulai dari mesin untuk memakai dan membuka selimut yang tergantung di atas tempat tidur. Entah sudah berapa kali kepala Rindu terantuk mesin yang mirip pengait itu.
Lalu ada mesin penyemir sepatu yang berbentuk kotak. Cukup masukkan sepatu ke dalamnya selama dua menit, maka sepatu akan berkilau kembali. Di dalam kotak tersebut, terdapat spons dengan cairan semir yang bergerak mengelilingi sepatu begitu alat tersebut dihidupkan. Mesin itu cukup membantu, selama digunakan sesuai dengan waktunya. Lebih dari dua menit, spons akan bergerak ke segala arah dan menyemir bagian dalam sepatu.
Kemudian masih ada mesin pengisi baterai ponsel yang sebenarnya adalah motor mini yang menggerakkan charger ke colokan listrik. Salah satu alat tidak berguna dari Ridwan yang memiliki IQ meluber, 225.
Jangan lupakan mesin untuk memakaikan pakaian yang tergantung di depan lemari. Mesin itu sebenarnya cukup rumit karena mampu melaksanakan berbagai macam perintah yang berhubungan dengan pakaian formal dan informal.
Setelah menekan tombol untuk membuka lemari pakaian, langkah selanjutnya adalah menekan tombol jenis pakaian yang diinginkan. Jika menekan tombol ‘gamis’, maka sepasang capit mesin bergerak memilih gamis dari lemari. Jika tidak berkenan, silakan menekan tombol ‘ulangi’ hingga mendapatkan gamis yang diinginkan. Lalu, mesin akan memakaikan gamis tersebut ke tubuh pengguna mesin.