ADR: Artificial Distance Relationship - Hubungan Jarak Buatan

WN Nirwan
Chapter #3

Roman

Pria bercambang tipis yang sudah melaksanakan tugasnya itu tengah menikmati sarapan di sebuah hotel yang jaraknya belasan kilometer dari lokasi pembunuhan yang dilakukannya. Suasana yang tenang di hotel membuat dia nyaris melupakan bahwa pagi ini dia sudah mencabut nyawa seseorang lagi.

 

Saat pria itu sedang menyeruput kopinya, ponselnya bergetar. Ia membaca pesan yang masuk, kemudian tersenyum tipis.

 

“Dasar merepotkan,” gumamnya terkekeh pelan.

 

Pria bercambang tipis itu mengamati foto sepasang pria dan wanita yang ditampilkan layar ponselnya. Foto Rindu dan Ridwan yang sedang berpose di sebuah taman bermain. Pria bercambang tipis itu mengangguk pelan, lalu menutup foto tersebut.

 

Kemudian, ia menelepon seseorang dan langsung memberi perintah, “kosongkan jadwalku dalam dua, ah, bukan, dalam tiga hari ini. Ada urusan yang hendak aku kerjakan.”

 

“Roman! Lusa kau ada pekerjaan!” tukas seorang wanita di seberang sana, memprotes keputusan pria yang ternyata bernama Roman tersebut.

 

Namun Roman tak mengindahkan protes tersebut.

 

“Sampai nanti, Regina,” tutup Roman dengan santai.

 

Roman lalu meminum habis kopinya. Ia meraih kunci mobil dan mengenakan kacamata hitamnya sebelum beranjak pergi meninggalkan restoran hotel.

 

“Oke Ridwan,” gumam Roman sambil berjalan menuju parkiran, “kita lihat, sampai di mana kau bisa bertahan.”

 

***

 

Sebelumnya, Ridwan sempat menghitung, berapa lama ia berada di tempat ini. Namun setelah ia tertidur, ia tidak tahu lagi, berapa lama waktu yang telah berlalu.

 

Ridwan sebenarnya pernah menanyakan mengenai waktu dan pertanyaa-pertanyaan lainnya, namun selalu dijawab dengan tamparan, pukulan atau tendangan di wajah dan sekujur tubuhnya. Tidak ada yang berbicara apalagi menjawab pertanyaannya. Hingga akhirnya Ridwan memahami pelajarannya dan memilih diam agar tidak dihajar lagi.

 

Penutup mulut Ridwan hanya diturunkan pada saat ia diberi makan dan minum. Lagi-lagi, tidak boleh ada pertanyaan atau sekadar suara hingga pemberian makan usai dan penutup mulutnya kembali dipasang. Bersuara atau bahkan bertanya, sekali lagi, hanya akan membuat Ridwan dipukuli.

 

Sedangkan penutup mata dan pengikat tangan Ridwan selalu berada di tempatnya. Bahu Ridwan sampai pegal dan kaku karena tangannya sudah sangat lama terikat di balik punggungnya. Sepertinya orang-orang itu sangat takut jika Ridwan sampai melepaskan diri dan kabur dari tempat ini.

Lihat selengkapnya