ADR: Artificial Distance Relationship - Hubungan Jarak Buatan

WN Nirwan
Chapter #4

Utang

“Aaah!”

 

Rindu bergegas menaiki tangga dengan setengah berteriak. Kabur dari sosok yang sebelumnya sudah mengganggu paginya, RLR.

 

“Cantik! Tunggu!” seru RLR seraya mengejar Rindu. Gayanya mengejar mirip film India zaman dulu, berlari dengan satu tangan terjulur ke depan. Padahal, jarak dirinya dengan Rindu cukup jauh.

 

Melihat Rindu yang jelas tidak mau bertemu dengan RLR, resepsionis buru-buru menghalangi RLR. Meskipun dia bukan satpam, gadis itu tampaknya merasa bertanggung jawab atas keselamatan Rindu.

 

“Sebentar, Pak. Bu Rindu tidak ingin bertemu dengan Bapak. Jadi silakan meninggalkan kantor ini,” sergah resepsionis yang masih muda itu.

 

“Hah? Saya ini suaminya! Memangnya suami dilarang bertemu dengan istrinya?!” tukas RLR dengan suara keras.

 

Roman tersentak mendengar pengakuan RLR tersebut. Ia sampai bangkit dari duduknya untuk menghampiri pria aneh tersebut.

 

Namun, sebelum Roman mendekati RLR, Rindu sudah menghampiri resepsionis dengan wajah memerah karena malu. Dengan membelakangi RLR, Rindu berbicara pada resepsionis yang tampak kebingungan.

 

“Dia keluarga saya. Orangnya memang agak ‘beda’,” kata Rindu sambil menempatkan telunjuk di depan keningnya, sebagaimana umumnya isyarat untuk menyebut seseorang kurang waras.

 

“Oh .... Saya pikir Bu Rindu sudah menikah lagi. Sayang ya Bu, ganteng-ganteng miring otaknya,” bisik resepsionis dengan nada khas orang bergosip. Ia melirik RLR, lalu tertawa geli.

 

Rindu mengangguk saja agar resepsionis tersebut meninggalkan mereka berdua. Rindu lalu mengajak RLR menuju ke luar gedung agar pria aneh itu tidak mengatakan hal-hal memalukan lagi. Ia sampai melupakan Roman yang belum tuntas berbicara. Hanya demi membungkam kegilaan RLR.

 

RLR sendiri tampak senang saat diajak keluar. Barangkali ia mengira bahwa Rindu benar-benar mau makan siang dengannya.

 

Sementara itu, ditinggal begitu saja tak membuat Roman berdiam diri. Dengan wajah dingin, ia mengikuti Rindu dan RLR. Sebab, pembicaraannya dengan Rindu harus dilanjutkan.

 

Di luar, Rindu mengajak RLR pergi ke sebuah rumah makan yang letaknya agak jauh dari kantor Rindu. Maksudnya tentu saja agar aman dari pandangan karyawan kantor model Sisca yang biang gosip. Setelah memesan es teh dan makanan, Rindu segera menyemprot RLR.

 

“Siapa sebenarnya kau ini? Tadi pagi tiba-tiba muncul, meretas ponselku, lalu merusak barang-barang elektronikku. Apa kau adalah kotak kecil di dalam kamar kami, ciptaan suamiku itu?”

 

RLR menggeleng dan menjawab, “aku ini suamimu.”

 

“Heh! Jangan sembarangan, ya! Suamiku itu namanya Ridwan. Bukan kamu, yang namanya saja aneh. Apa itu, RLR?” tukas Rindu kesal.

 

Sebaliknya, RLR malah tampak terharu dan berceloteh, “kau ingat namaku? Artinya kau memang sayang padaku. Yah, mau bagaimana lagi, aku memang pantas dicintai karena ketampanan dan kharismaku.”

 

Rindu segera berdiri lalu menyambar botol saus di depannya, bersiap menyambit kepala makhluk tak tahu malu itu. RLR buru-buru menutup kepalanya sambil meminta ampun. Di sekeliling mereka, pengunjung lain rumah makan tersebut mulai memperhatikan mereka dengan tatapan heran.

 

“Iya, benar, aku berasal dari kotak yang kau sebutkan itu. Tapi, tapi, aku tetap suamimu, loh,” jawab RLR akhirnya.

 

“Berarti kau bukan manusia?” tanya Rindu sambil meletakkan kembali botol saus di tempatnya semula.

 

“Aku ini entitas super cerdas, sama cerdasnya dengan Ridwan. Aku bisa meretas semua peralatan dengan jaringan di dunia ini. Pokoknya, selama ada internet, aku bisa menggali berbagai informasi yang diperlukan. Aku juga bisa memasuki peralatan tanpa jaringan, tapi harus melakukannya satu-satu, tidak sekaligus,” jawab RLR dengan penjelasn yang tidak ada hubungannya dengan pertanyaan Rindu.

 

“Ah, iya. AC, lampu, TV dan peralatan lain milikku sudah kau rusak tadi pagi,” sergah Rindu yang teringat insiden di rumahnya sebelumnya. Lagi-lagi, ia mengambil botol saus senjatanya untuk mengancam RLR.

 

“Sudah kuperbaiki semuanya. Makanya aku agak lambat ke kantormu. Soalnya setelah aktivasi ulang selesai jam delapan tadi, aku butuh empat jam untuk memperbaiki semua alat di rumahmu, termasuk mesin-mesinnya Ridwan,” jawab RLR sambil melindungi kepalanya.

 

Lihat selengkapnya