ADR: Artificial Distance Relationship - Hubungan Jarak Buatan

WN Nirwan
Chapter #5

Di Mana RLR?

Rindu terbirit-birit memasuki kantornya. Ia bertemu dengan resepsionis yang sedang menikmati bekalnya.

 

“Harum,” kata Rindu menyebut nama resepsionis tersebut, “tolong bantu saya, ya. Kalau dua bapak-bapak yang tadi mencari saya, bilang saja saya tidak bisa ditemui karena sibuk. Kalau mereka ngotot, panggil polisi saja.”

 

Harum tersentak. Mengapa harus bawa-bawa polisi segala? Segawat itukah masalah yang dihadapi oleh salah seorang pegawai paling senior ini?

 

“Baik, Bu. Saya panggilkan satpam dulu. Kalau keadaannya makin gawat, saya telepon polisi,” balas Harum.

 

“Langsung telepon polisi saja. Bilang saja ke polisi, mereka mengganggu saya terus-menerus sejak …” cetus Rindu, menggantung kalimatnya. Ia tampak berpikir.

 

“Sejak kapan, Bu?”

 

“Sejak pagi dan siang ini. Pokoknya, jangan biarkan mereka menemui saya,” pesan Rindu sebelum melesat menaiki tangga.

 

Harum melongo. Apakah polisi akan menanggapi laporan gangguan yang baru terjadi hari ini?

 

Namun Rindu yang panik sudah tak mempedulikan logika. Di ruangannya, ia tergopoh-gopoh memasuki kubikelnya. Tingkahnya yang tak lazim membuat Adam terheran-heran.

 

“Kamu kenapa?” tanya Adam.

 

“Aku harus menghubungi keluargaku. Ada yang perlu kubicarakan,” jawab Rindu cepat.

 

Adam hanya mengangkat bahu, lalu kembali menatap monitor di depannya.

 

Rindu pun demikian, menatap monitor komputer mejanya. Jemarinya lincah memainkan mouse untuk menghubungi seseorang melalui web jejaring sosial Whaddupp. Ponselnya sedang diperbaiki, jadi satu-satunya harapan adalah mengirim pesan melalui Whaddupp.

 

“Assalamu alaikum, Bang Sultan. Maaf mengganggu Abang. Saya mau minta tolong.”

 

“Wa alaikum salam, Rin. Ada apa, Rin? Kalau mengenai Ridwan, aku belum mendapat kabar dari kepolisian.”

 

“Bukan, Bang. Saya mau bertanya, apa Bang Sultan mengenal orang bernama Roman?”

 

“Tidak. Dia siapa?”

 

“Dia bilang, Ridwan punya utang padanya.”

 

“Aku tahu suamimu bukan pemboros, jadi tidak mungkin dia punya utang. Apalagi sampai berutang pada orang lain. Memangnya berapa utang Ridwan padanya? Mungkin aku bisa bantu.”

 

“Saya tidak tahu, Bang.”

 

“Kok?”

Lihat selengkapnya