ADVENTRIX

Cassandra Reina
Chapter #7

Es

"Pasti senang sekali bisa jadi model," Micky menyatroni kompartemen Duncan. 

"Yeah. Begitulah." 

Sedari tadi Micky hanya mendapatkan jawaban singkat, seolah menegaskan bahwa ketertarikan Duncan mengetahui kehidupannya tidak sebesar ketertarikannya pada kehidupan Duncan. Tapi dia tidak mau sendirian di dalam kompartemennya. Dia ingin teman bicara. Sekarang, setelah tahu Duncan bukan teman bicara yang tepat, dia cukup tahu diri untuk segera pergi dengan beralasan mendadak ingin ke toilet, padahal pergi ke ruang santai. Di sana, dia segera bergabung dengan Kei yang sedang bermain gitar.

Duncan menutup pintu kompartemen. Dia sebenarnya suka menyendiri. Pekerjaan yang mengharuskannya bertemu dengan banyak orang. Sementara Tora sudah dari tadi menutup pintu kompartemennya. Dia sedang membaca buku tentang Astronomi. 

Di gerbong perempuan, Roxi sedang memutar musik keras-keras lewat mp4. Jean yang bersiap tidur, tidak habis pikir mendengarnya. Sementara Feronica bersandar pada dinding, memandang keluar melalui jendela kompartemennya. Pepohonan berlalu begitu cepat. Jalan-jalan perkotaan yang sibuk di kejauhan silih berganti. Kabel-kabel milik perusahaan telekomunikasi tampak semrawut dari kejauhan, lalu putih. 

Feronica pikir itu dinding bangunan yang mereka lewati. Dia lalu menjatuhkan diri di tempat tidur, dan mulai memejamkan mata. Sementara di kompartemen kru, Aguin heran melihat pemandangan di luar.

"Apa ini?" tanya Aguin lebih kepada dirinya sendiri.

Tom yang berbadan besar dan berambut keriting ikut melihat apa yang dilihat Aguin. Tapi tampaknya juga tidak tahu. 

"Ini di mana?" Aguin mendekatkan wajahnya ke jendela kaca. Tapi sepanjang dia bisa melihat, hanya ada es putih. Dia kembali melihat Tom, penuh tanya. 

"Biasanya terowongan kan gelap," sahut Tom. 

"Kalau begitu ini bukan terowongan." Aguin mengalihkan pandangan, tapi pikirannya menerawang jauh. Lalu kereta melambat, dan berhenti. 

Siapa pun yang memerhatikan jendela pasti segera bertanya-tanya juga, termasuk Micky dan Kei.

"Kita sudah sampai?" celetuk Micky. Sementara kening Kei berkerut tajam. Pemandangan di luar benar-benar aneh.  

Lihat selengkapnya