Aero school

Rain Dandelion
Chapter #4

GENG C

"Pak Robi ngeselin banget sumpah! Gue diomelin mulu. Kalo ngomong pake bahasa Jawa terus, woilah! Gue orang Jawa aja bukan! Ya mana paham!" Di kantin, Amora meluapkan kekesalannya sembari melahap nasi goreng dengan menggebu-gebu. Ia sangat kesal dengan kejadian di kelas tadi, ketika Pak Robi–Dosen kelas gitar, memarahinya tanpa ampun karena selalu salah kunci dan tak sengaja mengeluh jarinya sakit. Amora masih mengingat kata-katanya yang sangat membuat kesal, meskipun Amora tak sepenuhnya paham dengan perkataannya.

"Kamu ini! Tangannya ndak usah menye bisa? Kunci A minor itu di sini! Mbok yo rak sah wira-wiri, angel tenan cah siji iki! "

Jadi jangan salahkan Amora, jika ia hanya bisa melongo dan menambah kekesalan Pak Robi.

Di sampingnya, Ave memakan kentang goreng sembari menahan tawa. Ia juga heran kenapa Melvion memasukkan orang Jawa seperti Pak Robi di sekolah ini, yang ucapannya sering membuat pusing kepala. Namun, jika mengingat kemampuan Pak Robi dalam bermain gitar, tentu perasaan heran mereka terganti dengan perasaan kagum. Keterampilan bergitarnya tak perlu di ragukan lagi. Sekali ia buat nada—meskipun asal-asalan, pasti yang mendengarnya akan berdecak kagum. Apalagi kalau dia buat nada mellow, yang mendengarnya pasti akan terlena dan ikut merasa sesak, tenggelam dalam euforia kesedihan yang di ciptakannya.

Jadi tak perlu di pertanyakan, Pak Robi memang sangat pantas mengajar di sini.

"Sabar, makannya semangat belajar. Biar nggak diomelin lagi," ucap Ave tertawa kecil.

"Lo sih, enak. Udah pro gitu, nggak perlu kena omel malah di puji terus!"

Pembicaraan mereka terinterupsi ketika tiba-tiba banyak perempuan yang memekik heboh. Ave mendongak, menatap segerombolan laki-laki yang berjalan di tengah kantin, sengaja sekali ingin menarik perhatian para cewek. Dan sayangnya, salah satu diantara mereka adalah kembarannya sendiri—yang sebenarnya malas Ave akui. Amora berdecak kecil melihat keramaian tersebut.

"Sekolah di Highschool, tampilannya highclass. Tetep nggak menjamin kelakuannya bakalan ikut tinggi," ejek Amora melihat para murid cewek yang teriak caper hanya karena Denan and the gang lewat di hadapan mereka. Avelyn ikut menatap malas gerombolan Denan yang duduk di tempat khusus, tempat yang tidak mereka klaim namun sengaja dikosongkan karena Denan suka duduk di sana.

Dan ketika tatapan matanya bertubrukan dengan Denan yang sedang menyengir tak nyaman—karena ada satu perempuan yang terlihat mendekatinya dengan agresif. Ave tersenyum miring dan berkata tanpa suara. "Syukurin!"

Denan memang tidak suka berurusan dengan perempuan. Dalam kamus hidupnya, hanya terdapat makan, tidur, sekolah, main. Ia tak suka ribet, jadi mana mungkin ia sanggup meladeni perempuan dengan segala keribetannya itu. Herannya, lelaki itu tetap senang menebar pesonanya kesana kemari.

Dan kalau membahas hal ini, kadang Denan bersyukur karena Ave tidak ribet seperti perempuan pada umumnya, kembarannya itu justru sangat jantan untuk ukuran perempuan.

"Hadeuh, Calista and the gang ikut-ikutan," ucap Amora membuat Ave menatapnya bingung. Siapa?

"Itu..., mereka. Geng C," tambahnya yang justru membuat Ave semakin bingung. Amora berdecak kesal.

"Itu loh, tiga cewek yang lagi nempelin Geng Denan. Mereka disebut Geng C, karena... nggak tau emang sengaja atau nggak, personilnya inisial namanya C semua. Calista, Clareety dan Cillari." Amora menjelaskan sembari menggeleng tak habis pikir.

"Dan katanya, Geng Denan nggak pernah usir keberadaan mereka karena salah satunya deket banget sama Rovero," lanjutnya membuat Ave kembali menatap kearah kembarannya. Ave tak mau ambil pusing untuk kepo dan memikirkannya, karena itu semua juga bukan urusannya.

"Cara Clareety deketin Rovero emang elegan, sih. Nggak kayak Calista yang manfaatin banget kedekatan Clareety buat centil ke Denan." Amora tak berhenti mengoceh, membuat Ave berganti menatap sahabatnya heran.

"Btw ... lo maba, Mor. bisa-bisanya lo tahu sampai sedetail itu," ucapnya heran. Amora menampilkan cengiran tanpa dosa.

"Nggak tau aja lo, semua hot news yang ada di sekolah ini, gue pasti tahu!" Amora menepuk dadanya bangga dan menatap remeh ke arah Ave yang tak tahu apa-apa. Ave memutar bola mata jengah. Meskipun dirinya anak pemilik sekolah ini, buat apa pula mengetahui hal-hal yang tidak penting dan tak ada hubungan dengan dirinya.

"Gue mau beli minum, cepet bangun lo!" Suruh Ave sembari bangkit dari duduknya.

"Beli tinggal beli, ngapain gue harus ikut lo?"

Ave berdecak kesal.

"Lo tau sendiri lah, si Regan kalo liat gue, mulutnya ngajak tawuran banget. Males gue," ucap Ave melihat kulkas minuman yang berada tepat di belakang tempat duduk gerombolan Denan.

"Lah, berarti gue gitu yang harus ngeladenin?" tanya Amora sewot.

"Daripada gue," jawab Ave tanpa dosa. Amora mendengus malas. Namun tetap bangkit dari duduknya, menemani Ave berjalan melewati sekelompok empat lelaki dan tiga perempuan itu.

"Owalah, pantes daritadi hawanya dingin. Ternyata ada ratu es!" Tuh, kan. Belum juga selesai membatin, Regan sudah bersuara dengan cengiran menyebalkannya. Ave hanya menatapnya malas dan tetap berjalan menuju kulkas minuman, mengambil susu kotak blueberry kesukaannya.

"Dingin, dingin, pala lo botak! Orang panas gini," sahut Amora yang tidak tahan jika tidak meladeni omongan Regan.

"Yeee, itu mah lo nya aja yang kebanyakan dosa, cil. Makannya kepanasan," balas Regan mengundang tawa yang lain.

Lihat selengkapnya