Aero school

Rain Dandelion
Chapter #7

PERASAAN AVELYN

Pukul 09.00 pagi.

Denan baru saja membuka matanya, dan tak melihat keberadaan Ave di dekatnya. Ia menoleh dan hanya mendapati Rovero yang duduk di sofa sembari bermain game, entah ada di mana teman-temannya yang lain.

"Ver," panggilnya pelan, seraya berusaha untuk duduk. Denan meringis kecil merasakan sakit di kakinya yang terluka.

"Eh, dah bangun, Nan? Gimana, lo butuh sesuatu?" Tanya Rovero sembari beranjak membantu pergerakan Denan. Denan menggeleng kecil. "Avelyn mana?"

"Tadi keluar nggak bilang apa-apa, gue di suruh disini aja nungguin lo." Denan terlihat memegang kepalanya yang terasa pusing.

"Yang lain?" Denan bertanya lagi.

"Vanka pulang duluan buat nganterin doinya, sekalian ambil barang-barang lo di rumah. Regan nganter Amora balik. Lo mending sarapan dulu deh, Nan. Keburu siang, gue bantuin." Rovero menarik troli berisi makanan yang sudah dingin—karena sudah datang sedari tadi, ke hadapan Denan. Denan menggeleng kecil.

"Mendi lo cari Ave, tuh anak suka menyendiri kalo lagi banyak pikiran, padahal aslinya butuh temen. Gue nggak papa sendiri." Rovero menatap Denan tak yakin.

"Gue baik-baik aja. Udah..., lo cari Ave aja sana, cepet!" Omel Denan mengibaskan tangannya, mengusir.

Rovero tertawa kecil dan mengacungkan jempolnya. Ia keluar dari kamar rawat Denan tanpa berucap lagi.

Sejak pertama kali menatap netra caramel milik Ave, Rovero selalu penasaran dengan rahasia dibalik netra cerah namun kelam itu. Dan mungkin, kali ini Rovero harus berterima kasih dengan Denan karena memberinya kesempatan untuk mendekati perempuan keras kepala itu.


***


"Hallo, Avelyn? How are you today? How's Denan doing?" Suara Melvion terdengar cemas di balik telepon, Ave yang mendengarnya tersenyum kecil.

"Everything's fine, Dad. Don't worry about us," jawab Ave, berusaha tidak menambah kecemasan sang ayah yang jauh di Amsterdam.

"Oh my God!! Klien Dad benar-benar brengsek! Dia selalu menarik ulur keputusannya membuat rapat berantakan! Dan Dad harus tertinggal jadwal penerbangan. Sorry, sweety. Dad can't come home right away." Melvion terdengar sangat menyesal. Ia sangat mengkhawatirkan putranya, tapi klien perusahaannya sungguh membuatnya kesal. Ave menghela nafas dan berusaha mengeluarkan tawa kecil.

"Iya, Dad. Kami baik-baik aja, ada temen-temen yang nemenin aku sama Denan, kok. Dad nggak papa kalau belum bisa pulang sekarang, jangan di paksain." Ave berusaha mengerti kondisi Melvion. Lagipula Denan sudah baik-baik saja, tinggal menunggu proses pemulihan.

Mereka mengobrol singkat sebelum telepon diakhiri. Ave terdiam setelahnya dan kembali menghela nafas kecil. Ia selalu merindukan Melvion, namun kesibukan ayahnya selalu membuat Ave tak enak hati untuk meminta lebih, ayahnya pasti pusing dan lelah mengurus perusahaan warisan dari kakek mereka. Ave tidak ingin menambah beban pikiran ayahnya.

Beberapa saat berlalu. Ave hanya terdiam, duduk memeluk lututnya di atas kursi. Menikmati udara sejuk rooftop rumah sakit sembari meminum susu kotak blueberry kesukaannya.

Kelopak matanya mengerjap pelan ketika sebungkus roti tiba-tiba melayang di depan wajahnya. Ave menoleh dan langsung bersitatap dengan netra kelabu yang ikut tersenyum ketika pemiliknya sedang tersenyum.

"Makan, jangan sampai lo ikut Denan nginep di sini," ucap Rovero pelan. Ave masih menatap tanpa ekspresi, sebelum perlahan menerima roti yang di sodorkannya.

"Thanks."

Rovero masih berdiri dengan bersedekap tangan. Ia memejamkan matanya, ikut menikmati udara rooftop yang terasa sejuk meskipun terik matahari mulai menyinari.

"Kalau mau duduk, duduk aja." Rovero menoleh dan tersenyum tipis mendengar ucapan Ave yang cukup ramah.

Tanpa sepatah kata, Ave merobek bungkus roti dan mulai memakannya dalam diam.

"Gue nggak papa .... " Ave tiba-tiba membuka pembicaraan diantara mereka. Membuat Rovero mengernyit, karena merasa tidak melontarkan pertanyaan.

"Kalau lo kesini cuma mau kasihan sama gue, mending nggak usah," lanjutnya membuat Rovero tertawa kecil dan menghela napasnya dalam.

"Denan khawatir sama lo."

Dan Ave pun tak mengharapkan kekhawatiran dari lelaki manapun selain Dad dan Denan.

Lihat selengkapnya