Aero school

Rain Dandelion
Chapter #8

LATIHAN MUSIK

Keesokan harinya, Denan sudah diperbolehkan untuk pulang. Dan hari ini dia memaksa untuk berangkat kuliah, meskipun kakinya belum sembuh, masih harus memakai tongkat untuk membantunya berjalan.

"Ave, gue bareng lo, ya," ucap Denan ketika melihat Ave menuruni tangga dengan memutar-mutar kunci motor di jemarinya.

"Gue bawa motor, nggak malu lo gue boncengin?" Ave tersenyum miring. Mengingat Denan yang selalu gengsi jika dibonceng oleh perempuan, meskipun itu adalah dirinya.

"Elah ..., lo naik mobil lah!" Denan memberengut, sedangkan Ave memutar bola mata malas.

"Makannya ..., my twin." Ave berucap lembut namun penuh penekanan.

"Punya kaki tuh, buat jalan aja. Jangan buat naroh otak juga! Sok-sokan ikut balapan. Sekarang kalo udah gini, lo juga kan yang susah?" Lanjut Ave dengan dengusan kesal.

Padahal kemarin nangis kejer takut Denan terluka, sekarang marah-marah padahal khawatir. Namun, Denan justru menyukai Ave yang seperti ini—tukang marah, itu menandakan kalau perempuan itu sudah baik-baik saja.

"Kalo mau naik mobil, lo sama Pak Ari aja lah." Ave menyebut nama satpam sekaligus sopir pribadi keluarga mereka.

"Ogah, gue maunya sama lo. Ayolah, Ave! Keburu telat ini." Denan memberi tatapan membujuk membuat Ave berdecak kecil, ia segera mengambil kunci mobil di laci meja.

"Cepetan." Ave segera menarik lengan Denan agar bergegas, membiarkan kembarannya itu memekik sakit karena dipaksa jalan dengan cepat.


***


"Udah pake tongkat, dibantuin lo pula. Lemah banget!" Celetuk Denan ketika berjalan bersama Ave memasuki gedung Aero school—demikian para murid menyebutnya agar lebih mudah.

Ave hanya tertawa kecil menanggapi, sedari tadi Denan tak mau berhenti mengumpati dirinya sendiri.

Langkah mereka terhenti ketika melihat keramaian yang tidak biasa di halaman besar sekolah mereka. Para murid terlihat mengerumuni layar besar yang terletak di pinggir halaman.

"Ada apaan, nih?" Gumam Denan pelan.

Ave mengedarkan pandangannya.

"Nin, ada apaan?" Ia bertanya kepada Nindya, teman seangkatan yang melintas di depannya.

"Ada pengumuman baru, kayak pemilihan-pemilihan apa gitu. Lo liat sendiri deh, Ave. Gue juga mau lihat ini," jawab Nindya dan berlalu dari hadapan Ave. Ave segera menoleh ke arah Denan.

"Gue mau liat dulu. Lo disini aja, disana rame, nggak usah sok-sokan ikut. Ntar kesenggol dikit jatuh, malu lo." Setelah mengucapkannya, Ave langsung berlalu, meninggalkan Denan yang melongo di tempat.

Sepertinya perempuan itu tidak sadar, ucapannya sungguh menurunkan harga diri Denan sebagai laki-laki.

"Otw pake rok, gue .... " Denan berucap miris. Ia mengedarkan pandangan dan memilih berjalan menghampiri teman-temannya yang seperti biasa, berdiri di lorong menuju kelas gitar.

Sedangkan Ave sedang membelah kerumunan dengan mudah. Selain statusnya sebagai anak pemilik sekolah, tubuh tinggi semampai dan wajah cantiknya seakan memiliki magnet tersendiri yang membuat siapapun akan menoleh dan sontak memberinya jalan.

Ave sudah sampai di hadapan layar besar yang menampilkan pengumuman terbaru dari direktur.

Sekolah akan mengadakan pemilihan murid terbaik untuk menghadiri undangan dari orang penting, sebulan lagi di Bali. Dan pemilihan ini tidak mengkhususkan murid angkatan keberapa, semua berhak ikut menampilkan bakat terbaiknya.

"Ave! Avelyn!" Ave menoleh, mendapati Amora yang tersengal berlari kearahnya.

"Akhirnya," gumam perempuan itu ketika sampai di samping Ave. Ave tersenyum kecil, tubuh mungil Amora terlihat sangat kesusahan untuk membelah kerumunan.

"Lo ikut, nggak?" Amora bertanya dengan semangat, membuat Ave kembali menatap ke layar.

"Hm ..., belum tahu, gue ngikut Denan aja." Amora mengangguk-angguk kecil.

"Lagian, ini orang kaya mana yang gabut ngundang sekolah kita?" Amora menggeleng heran melihat pengumuman itu. Disana tertera dengan jelas, acara pemilihan ini khusus untuk menghadiri acara ulang tahun anak seorang pengusaha penting—yang tak mereka ketahui apa kepentingannya.

"Ulang tahun anak 10 tahun," gumam Ave ikut menggeleng heran. Mengundang penampilan khusus dari sekolah musik Internasional untuk menghadiri acara ulang tahun anak kecil, tentu saja yang mengundang adalah orang kaya gabut yang bingung harus menghabiskan uangnya kemana lagi.

"Dah lah, yuk kesana gabung temen-temen setan lo." Amora menarik lengan Ave menuju gerombolan Denan dan kawan-kawan.

Lihat selengkapnya