Hari kamis, hari dimana para siswa berbondong-bondong memenuhi aula untuk melihat audisi pemilihan bakat terbaik.
Dari sekian ratus murid, hanya ada 80 orang yang mengikuti pemilihan. Karena waktu tiga hari—dari waktu pengumuman di hari senin, bukanlah waktu yang lama untuk berlatih.
"Rame banget, gila," gumam Amora tiba-tiba nervous melihat ruangan aula yang begitu sesak oleh para murid.
Ave hanya menatap datar sembari membenarkan letak tas gitarnya di pundak. Kalau tidak karena dipaksa Amora, dirinya sebenarnya sangat malas untuk ikut. Dan sekarang justru Amora sendiri yang nampak gugup.
Ave menoleh ketika merasakan kehadiran seseorang di sampingnya, dan mendapati Rovero sedang bersedekap sembari menatap keramaian di hadapan mereka.
Rovero tidak membawa alat musik apapun, tapi pin yang menempel di jas almamaternya menandakan kalau lelaki itu ikut pemilihan—semua yang ikut mendapatkan pin yang harus di pakai saat ini.
"Lo ikut?" Ave melontar pertanyaan bodoh yang sontak membuat Rovero menoleh cepat, lelaki itu tampak menahan tawanya.
"Seorang Avelyn? Tanya duluan ke cowok? Selain tertarik, apa yang lebih pantas?" Rovero benar-benar speechless mendengar Ave berbasa-basi kepadanya. Meskipun hal kecil, itu cukup mengejutkan jika yang berucap adalah seorang Avelyn. Sedangkan Ave memutar bola matanya malas mendengar balasan Rovero, ia menyesal telah melontar pertanyaan yang sudah jelas jawabannya.
"Jelas gue ikut. Kan solid sama kembaran lo, Ave. Ya sebenarnya ikutan terpaksa juga disuruh nih, bocil." Rovero mendorong pelan pundak Amora, membuat perempuan itu terlihat terkejut. Ia tak menyadari kehadiran Rovero karena sibuk menatap keramaian sedari tadi.
"Dih! Nggak usah ikutan Regan lo, manggil gue bocil!" Sewot Amora membuat Rovero justru tersenyum jahil.
"Soalnya spesial ya, Mor." Wajah Amora semakin sewot mendengarnya.
"Denan sama yang lain, mana?" Ave bertanya pelan, menginterupsi percakapan mereka.
"Tuh, mereka." Rovero menunjuk salah satu sudut ruangan.
"Kita kesana aja," ucap Ave dan hendak melangkah menghampiri kembarannya, sebelum tiba-tiba seseorang menabrak pundaknya dan menyerobot tempat di tengah-tengah dirinya dengan Rovero, membuat Ave sontak mengumpat pelan.
"Rovero! Gue cariin dari tadi juga .... " Suara clareety terdengar, perempuan itu tampak menatap Rovero kesal. Tanpa menyadari ada orang lain yang lebih kesal menatapnya.
"Ke toilet bentar," jawab Rovero singkat.
"Omong doang bentar, gue tungguin nggak balik-balik, ternyata disini."
Amora yang melihat interaksi keduanya menyenggol lengan Ave beberapa kali, membuat Ave menoleh dan menatapnya malas.
"Kalo mau bikin drama, minimal liat tempat," ucap Ave tanpa sadar menunjukkan kekesalannya. Ia melengos tak peduli meninggalkan dua sejoli yang sedang berdrama menurut Ave. Ia sangat risih melihat perempuan yang sangat gigih hanya untuk mengejar cinta dari para lelaki.
Rovero hendak menahan lengan Ave, namun justru lengannya yang ditahan Clareety.
"Ngapain sih, gue dari tadi nyariin lo, tau!" Clareety terlihat semakin kesal. Dan jangan lupakan Amora yang justru cengengesan menonton interaksi keduanya.
"Eh, lanjutkan ..., gue nggak ganggu, deh." Amora menyengir ketika Rovero menatapnya, ia beranjak pergi menyusul Ave.
"Clar ..., gue sama lo itu punya kehidupan masing-masing. Gue nggak mau nyakitin lo, jadi gue mohon urus aja kehidupan lo sendiri." Rovero menatap lelah perempuan di hadapannya.
"Bullshit banget," ucap Clareety semakin membuat Rovero kesal.
"Ver ... lo udah janji sama papa, tugas lo buat nepatin. Kapan sih lo liat keberadaan gue?" Rovero menggeleng kecil tanpa ada niatan untuk menjawabnya. Karena sedari dulu hasilnya selalu sama, Clareety yang selalu menganggap lebih perlakuan baik darinya.
Sedangkan di sisi lain, kedatangan Ave disambut tatapan mengernyit oleh Denan. Lelaki itu melongokkan kepalanya, menatap Rovero di kejauhan yang sedang berbincang dengan Clareety.
"Kenapa, lo?" Tanya Denan heran menatap wajah kusut kembarannya.
"Hm ..., kayaknya ada bau-bau ratu es udah mulai mencair nih," sahut Regan membuat wajah kesal Ave semakin tertekuk.
Di samping Regan, Vanka terlihat ikut mengangguk kecil.
"Tenang aja, Ave. Vero sama Claree cuma sahabat dari kecil, nggak ada hubungan lebih," ucapnya yang justru membuat Ave mengernyit.