Hari ini adalah hari terakhir Ave dan yang lainnya berlatih penampilan mereka. Ave masih berada di ruangan dance ketika teman-temannya sudah pergi sedari tadi.
Ave hanya terdiam dan menggenggam liontinnya, perasaan kosongnya kembali datang secara tiba-tiba. Ave menghela napas kecil, sebelum beranjak bangkit keluar dari ruang dance.
Ia ingin berkeliling sebentar, menikmati suasana sekolah yang sepi.
Ave berjalan perlahan dengan hening, ia berhenti sejenak di depan ruang kantor direktur. Ia melamun di depan ruangan itu, merasakan bayangan masalalu itu kembali hadir di pelupuk matanya.
Kenangan yang masih jelas di ingatannya, saat pertama kali dirinya melihat sekolah ini. Yaitu saat Ave dan Denan berumur lima tahun, saat sekolah ini baru saja sempurna dibangun.
Saat itu Mum terlihat antusias menggandeng sikembar untuk berkeliling sekolah yang masih beraroma cat basah. Dad mengekor di belakang Mum, menjelaskan semua ruangan yang ada di sana, sembari melihat istri dan kedua anaknya yang excited memasuki setiap pintu yang ada.
"Nanti ini ruangan Dad!" Mum berlutut dan berucap semangat kepada dua anaknya, menunjuk ruang kantor di hadapan mereka.
"Dad kereenn! Nanti, kita sekolah di sini jugaaa." Denan kecil memeluk kaki Dad dan tersenyum senang, saat itu meskipun Denan masih kecil tapi tatapannya seakan mengatakan bangga sekali Dad bisa mendirikan sekolah musik yang sangat besar. Ave kecil tak mau ketinggalan, ia ikut memeluk kaki Dad yang sebelah lagi dan berucap lucu, "Aku juga mau di sini bareng Denan!"
Keluarga kecil itu tak mengenal lelah mengelilingi seluruh penjuru sekolah, sampai berakhir Dad mengajak anak dan istrinya untuk makan bersama di kantin. Tentu belum ada pedagang di sana, dan Dad memilih memesan banyak makanan untuk mereka.
"Biar merasakan makan di kantin sekolah ini, kalau sudah di resmikan, belum tentu kita bisa merasakan makan di sini," gurau Dad saat itu.
"Nanti Dad sama Mum sekolah lagi aja di sini, biar bisa makan di kantin bareng kita nanti." Ave kecil menyeletuk lucu, membuat Mum mencubit pipinya gemas. Senda gurau mereka terus berlanjut sampai makanan yang dipesan habis tak bersisa. Mereka keluarga yang terlihat bahagia meskipun hanya dengan berkeliling sekolah milik mereka yang baru selesai dibangun.
Kenangan yang sangat menyenangkan dan juga menyesakkan jika diingat ketika keadaan sudah tidak sama lagi.
Itu dulu, ketika bahagia masih dalam genggaman mereka bersama.
Ave tersenyum miring, merasa miris dengan hidupnya sendiri. Ia menatap sekelilingnya, merasakan kembali kehadiran keluarga kecilnya dulu yang menyenangkan.
Entah kapan belenggu yang menyesakkan ini dapat terlepas dari hati Ave.
Ave memilih sekolah disini, selain karena mencintai musik dan sekolah milik ayahnya sendiri, juga karena tempat ini adalah tempat yang menyimpan banyak kenangan mereka bersama Mum, meskipun sangat singkat dan sudah berlalu bertahun-tahun lamanya, tetap saja kenangan yang menempel tetap mengikat dengan erat.
Ave melanjutkan langkah keluar sekolah, kembali menghela napas kecil.
Tempat ini indah, meskipun dengan mengingat semuanya, belenggu itu kembali mencekiknya sampai pernapasannya terasa sesak.
***
Akhirnya, setelah sebulan penuh mereka latihan dengan siraman rohani dari Mr. Reeal di setiap harinya. Hari ini mereka mendarat di Bali dengan selamat, sehat wal afiyat dan tanpa ada halangan apapun.
"Welcome to Bali!!" teriak Regan heboh, seakan baru pertama kali menginjakkan kakinya di Bali.
"This is Paris van Java!!" sahut Jasmine dan Amora bersamaan, sama hebohnya dengan Regan. Ave hanya bisa geleng-geleng melihat kelakuan norak mereka.
"Gue bisa bawa koper sendiri, nggak usah sok kuat deh, lo!" Ave mengambil alih kopernya yang dibawa Denan. Meskipun Denan sudah bisa berjalan, tapi kakinya belum sembuh total. Jadi Ave tidak mau membebani saudaranya dengan koper miliknya. Denan masih harus berjalan pelan dan hati-hati.
Mereka akan seminggu berada di Bali, dan jangan lupakan Denan dan kawan-kawannya yang pasti mengekor meskipun tidak ada urusan tampil sepertinya. Mereka datang untuk mensuporteri dirinya, seperti kata Regan.