Ave menggaruk pipinya sembari menatap gadis kecil yang memakai gaun kuning seperti princess Belle, duduk paling depan menatap keramaian dengan sorot bahagia yang begitu polos.
"Benar-benar nggak habis pikir sih, gue .... " Lauren yang berdiri di samping Ave berceletuk pelan, ia ikut menatap sang pemeran utama acara mewah ini dengan menggeleng-geleng kecil.
"Orang kaya kebanyakan uang," sahut Ave tertawa kecil.
Mereka sudah standby di samping panggung. Ave dan Lauren mengenakan gaun berwarna pink baby, untuk penampilan pertama mereka yaitu musikalisasi puisi.
Benar-benar seperti tampil di perlombaan Internasional, padahal hanya persembahan pesta ulang tahun anak kecil.
Terasa aneh tapi nyata, mau heran namun sedang terjadi.
"Kalian udah siap, kan? MC udah mulai, tuh." Rovero muncul dari balik pintu menghampiri kedua perempuan itu. Lauren yang sedang memainkan ponselnya hanya berdeham singkat. Sedangkan Ave justru terpaku sejenak, menatap penampilan Rovero yang biasanya selalu mengenakan pakaian casual kini tampil berbeda.
Rovero memakai kemeja putih dibalut jas hitam yang terlihat sangat pas di tubuh proporsionalnya. Rambut yang biasanya jatuh menutupi dahi kini disisir rapi dengan baluran minyak rambut ke belakang, menampilkan dahinya. Rovero terlihat dewasa dengan penampilannya sekarang.
"Kenapa, lo? Baru sadar kalau gue ganteng?" Rovero menaikkan sebelah alisnya, mengejek Ave yang terpaku menatapnya lama.
Ave tersadar dan tersenyum miring. Ia mendekat kearah lelaki itu, berdiri di hadapannya dengan jarak hanya sejengkal. Tangan Ave terulur, membenarkan letak kerah kemeja lelaki itu yang sedikit terbuka.
"Yang rapi, dong. Nah, baru ganteng," ucap Ave sengaja menampilkan senyuman manisnya.
Rovero sontak mengumpat dalam hati, sedari tadi ia berusaha menahan diri agar tidak terpaku dengan kecantikan Ave. Sayangnya, dari jarak sedekat ini dirinya tak bisa menahan untuk tidak terhipnotis dengan kecantikan Ave yang menguar begitu kuat dengan tampilan feminimnya.
Gaun pink baby tanpa lengan yang begitu manis dikulit putihnya, rambut Ave yang aslinya pirang kini dicat coklat gelap dan dianyam sedemikian rupa membentuk sanggul dengan sebagian anak rambut yang menjuntai di samping kedua pipinya. Apalagi dengan make up lengkap yang jarang sekali terpasang di wajah yang sudah cantik dari sananya. Rovero melihat Ave seperti melihat boneka hidup, bagaikan princess di dunia nyata.
"Kenapa, lo? Baru sadar kalau gue cantik banget?" Ave tersenyum miring, melempar balik pertanyaan Rovero tadi, membuat lamunan Rovero buyar seketika. Rovero terkekeh kecil, ikut tersenyum manis menatap lekat netra caramel di hadapannya.
"Lo ..., emang cantik banget." Tangan Rovero terangkat mencubit pipi Ave.
"Turunin tangan lo, kasih kepastian dulu! Baru boleh modus!" Bagai makhluk halus, Denan tiba-tiba muncul dan menyentil tangan Rovero yang masih bertengger di pipi Ave.
"Posesif amat lo, elah." Rovero tertawa renyah.
"Harus, lo kalo dibiarin jadi ngelunjak. Nggak akan gue ijinin lo sama Ave kalo cuma ngasih harapan tanpa kepastian." Denan menatap tajam sahabatnya.
Nyatanya, semenjak Rovero terlihat menyukai Ave namun tetap berlaku manis ke Clareety, Denan jadi khawatir dan menghalang-halangi Rovero untuk semakin mendekati Ave, padahal dulunya Denan mendukung. Denan hanya tidak mau tawa Ave yang diciptakan Rovero berganti dengan kesedihan oleh orang yang sama. Sebelum Rovero benar-benar tulus mencintai Ave, Denan tak akan membiarkan Ave jatuh kepada lelaki itu.
"Haduh ..., seorang Denan tiba-tiba jadi puitis gini," sahut Lauren tertawa kecil menatap mereka bertiga. Agaknya keberadaannya terlupakan sedari tadi.
"Udah, kalian sana pergi! Kita udah mau tampil, nih." Lauren mengibaskan tangannya, mengusir kedua cowok itu kembali ke tempat masing-masing.
Rovero beranjak pergi menuju ruangan di belakang panggung—mempersiapkan diri, sedangkan Denan menuju tempat para tamu undangan.
Jangan heran dengan kehadiran Denan, entah apa yang dilakukan lelaki itu sampai bisa membuat dirinya dan teman-temannya yang lain masuk dengan mudah ke acara ini.
***
Ave dan Lauren duduk di kursi putih, duduk berdampingan dengan jarak setengah meter dan tubuh menyerong kearah satu sama lain.
Ave memulai dengan ucapan selamat untuk Berlin—gadis kecil yang berulang tahun, dan mengucapkan kalau penampilan ini khusus untuknya.
Suara biola mulai mengalun pelan. Memulai intro yang indah sebelum suara Lauren masuk menyanyikan lagu ultah karangan mereka sendiri, lagu yang liriknya menggunakan berbagai macam bahasa. Indonesia, Inggris, Belanda, Jerman, Korea, dan Prancis. Dengan indahnya Ave dan Lauren menyatukan nada dalam berbagai bahasa menyatu dengan beberapa alunan musik yang spektakuler.
Berlin terlihat berdiri, tersenyum senang dan bertepuk tangan. Gadis itu terlihat berterima kasih kepada orang tuanya, karena telah mengundang penampilan bagus para kakak-kakak cantik.
Ave tersenyum ketika sampai bagiannya untuk membacakan sebuah puisi tentang seorang anak yang mencari makna, apa itu bahagia?