Aero school

Rain Dandelion
Chapter #22

MISI BARU

Setelah dari kantin, Ave menyuruh Amora ke kelas terlebih dahulu karena dirinya hendak melipir ke toilet sebentar, membasuh sedikit air ke mukanya yang terasa suntuk sedari tadi.

Ave menatap pantulan wajahnya di cermin dan mendengus pelan, ia terdiam lama.

Tahun pertama kuliahnya kenapa tidak ada ketenangan sama sekali? Menyebalkan.

Ave mengeringkan wajah dan tangannya dengan tissu, dan memoles lipbalm ke bibirnya yang terasa kering.

Toilet terasa sangat dingin dan sepi, tak ada orang dan hanya Ave yang tidak menimbulkan suara.

"Hm ..., barangnya udah ada di gue. Nanti lo ambil aja di tempat biasanya."

Terdengar suara pelan—terkesan berbisik, membuat Ave mengangkat pandangan. Seseorang memasuki toilet dan sepertinya Ave tahu siapa yang datang. Ave mendengus kasar sebelum beranjak masuk ke salah satu bilik toilet tanpa suara, karena tidak mau berpapasan dengan orang itu.

Ave mengintip dari celah pintu dan seketika mengernyit mendapati Clareety sedang bertelepon dengan seseorang—yang entah siapa, dengan tangan kiri menggenggam benda kecil yang sayangnya tak dapat Ave lihat.

Senyuman miring yang merekah di bibir Clareety entah kenapa terasa aneh dan membuat Ave penasaran.

"Hmm, gue tunggu besok di tempat biasanya. Gue masih di kampus, bahaya kalau ada yang denger."

Ave sontak membelalakkan matanya. Wow! Apa yang dimaksud? Ave mendengar semuanya, berarti dirinya bisa menjadi sumber bahaya itu, kah?

"Okay, see you."

Ave dapat melihat Clareety celingukan kesana kemari membuat Ave semakin merapatkan diri ke tembok, berhati-hati sebaik mungkin agar tak menimbulkan suara. Ketika terdengar langkah kaki yang mendekat, Ave reflek menahan napasnya. Ave mulai merasa was-was padahal Ave juga tidak tahu apa yang dibahas Clareety di telepon tadi.

Sebenarnya dirinya bisa saja pura-pura keluar toilet dengan berlagak tak tahu apa-apa, namun nalurinya menyuruh dirinya untuk bersembunyi.

"Ah, sial!" Terdengar suara Clareety mengumpat pelan dengan suara benda jatuh dan berserakan.

Ave dapat melihat benda apa yang jatuh berserakan karena ada salah satunya yang menggelinding masuk ke dalam bilik tempat Ave bersembunyi.

Sebuah pil obat yang tak Ave ketahui apa kegunaannya.

Ave semakin menahan napasnya, berharap Clareety tidak akan menyadarinya. Mata Ave menyipit dari celah pintu, melihat Clareety yang sedang berlutut memunguti pil tersebut satu persatu dengan wajah waspada. Dan tanpa menyadari ada salah satunya yang tertinggal, Clareety segera mengantongi botol kecil berisi pil tersebut dan pergi dari toilet dengan tergesa.

Ave baru bisa menghembuskan nafas lega setelah terdengar suara pintu yang ditutup.

Ave berjongkok, mengambil sebutir pil tersebut dan menatapnya dari jarak dekat.

Ave tersenyum miring, ia tahu apa yang harus dilakukannya.

Dan sepertinya, Ave harus meminta bantuan dari seseorang.


***


Regan menatap satu persatu dari ketiga temannya dengan kernyitan dalam di dahinya.

"Perasaan ratu es udah pergi deh, kok hawanya masih beku gini, sih!" celetuknya yang ditanggapi Vanka dengan tawa kecil. Sedangkan Denan masih terdiam semenjak kedatangan Rovero bergabung ke meja mereka, dan Rovero pun merasa sangat canggung didiamkan Denan dengan tatapan tajam seperti itu.

"Udah, baikan lo berdua! Kayak cewek aja mainnya diem-dieman, jijik gue lihatnya." Vanka ikut berucap, mengundang tatapan sewot dari Denan. Sedangkan Rovero justru tertawa kecil, menatap Denan yang masih menatapnya tajam.

"Gue minta maaf," ucap Rovero membuat Denan memicingkan mata.

Lihat selengkapnya