Aero school

Rain Dandelion
Chapter #25

KALUT

Setelah pulang dari mengantar Denan ke Bandara, Ave tidak bisa tenang sana sekali. Di apartemen, Ave hanya bisa mondar-mandir cemas sembari berusaha berulang kali menelepon nomor Vanka yang sekarang menjadi tidak aktif, membuat Ave semakin kalut.

Apa yang terjadi dengan Vanka?

Ave mencoba mengirim pesan ke Jasmine, apakah perempuan itu bisa menghubungi Vanka, atau kalau tidak, apakah dia tahu keberadaan Vanka sekarang?


Jasmine :

Bang Vanka nggak aktif nomornya, Kak. Aku udah coba lacak tapi nggak bisa, kayaknya HP dia mati.


"Sial .... " gerutu Ave membaca pesan balasan dari Jasmine. Ave tidak tahu harus melakukan apa sekarang, alamat tempat pertemuan Clareety pun tidak Ave ketahui di mana tempat itu berada, jadi ia tidak bisa nekat untuk menyusul Vanka.


Jasmine :

Kak, aku khawatir... Aku takut Bang Vanka kenapa-kenapa :(


Jasmine jelas panik, semenjak Vanka meminta bantuannya untuk meretas data milik Clareety, tentu perempuan itu tahu kalau dirinya telah terlibat dengan Vanka yang sedang mengusut misi berbahaya.

Ave tidak membalas pesan Jasmine, ia juga sama paniknya dengan Jasmine. Ave tak mau menambah kekhawatiran Jasmine terhadap kekasihnya.

Dering HP Ave berbunyi membuatnya bergegas mengangkat telepon yang tentu bukan dari Vanka, nomor lelaki itu sudah ia bedakan deringnya semenjak menjalankan misi mereka yang terlalu tiba-tiba.

"Hallo, Ave?!" Suara Rovero di seberang sana cukup membuat Ave memiliki firasat buruk seketika.

"Gue jemput lo sekarang, kita ke rumah sakit, Vanka kecelakaan!"

Seketika, jantung Ave terasa melompat dari tempatnya.


***


Selama perjalanan menuju rumah sakit, Ave terdiam membisu. Kedua tangannya bergetar hebat sembari mencengkeram erat jaket Rovero.

Bahkan kakinya terasa memaku di lantai ketika mereka berada di lobi rumah sakit.

Rovero ikut berhenti di lobi, menatap Ave yang tak pernah terbiasa berada di rumah sakit.

Rovero tahu, jika Ave selalu takut melihat orang terluka.

"Lo, kuat? Kata Regan .... " Rovero menggantungkan kalimatnya, seakan takut Ave semakin ketakutan.

"... Vanka parah."

Seketika Ave memejamkan matanya kuat-kuat.

Ave sebenarnya tidak akan setakut ini jika seseorang itu celaka bukan karena dirinya. Namun kenyataannya ....

Lihat selengkapnya